Andi Taufan Garuda Putra, Founder & CEO Amartha bersama Riccardo Pulliti, Regional Vice President dari IFC untuk Asia dan Pasifik dalam penandatangan dokumen kerja sama Amartha dengan IFC, Jakarta (6/9/2023). (Foto: Dok/Amartha)

MNEWS.co.id – Pengusaha ultramikro, terutama yang dimotori oleh perempuan, memiliki peran yang penting dalam perekonomian Indonesia. Mereka seringkali berjuang untuk mengakses permodalan yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha mereka.

PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), prosperity platform yang berfokus pada penyediaan akses keuangan inklusif bagi UMKM akar rumput, mengumumkan kolaborasi strategis dengan International Finance Corporation (IFC), yaitu institusi keuangan anggota World Bank Group.

Melalui kolaborasi ini, Amartha dan IFC menyalurkan modal kerja hingga Rp3 triliun sebagai permodalan produktif bagi perempuan pengusaha ultra mikro di Indonesia.

Andi Taufan Garuda Putra, Founder and CEO Amartha menjelaskan, pihaknya menyambut baik kolaborasi strategis dengan IFC. Kolaborasi ini sejalan dengan model bisnis yang dilakukan oleh Amartha dalam mengurangi ketimpangan akses keuangan digital bagi perempuan pelaku usaha ultra mikro di pedesaan.

Pendanaan dari IFC tidak hanya membantu Amartha untuk memperluas basis investor berskala internasional saja, tetapi juga memperluas layanan keuangan digital ke berbagai wilayah pelosok di Indonesia.

“Amartha meyakini kolaborasi ini akan menciptakan dampak yang berkelanjutan,” ujar Andi dilansir MNEWS.co.id dari keterangan pers Amartha.

Dengan meningkatkan akses terhadap pembiayaan bagi UMKM di Indonesia, IFC dan Amartha akan mendukung dunia usaha yang secara kolektif mempekerjakan puluhan juta orang dan memberikan kontribusi penting bagi perekonomian Indonesia.

Kerja sama ini juga berpotensi memperdalam pasar modal Indonesia yang dapat memacu investasi serupa di masa mendatang.

Lebih dari 20.000 UMKM menerima penyaluran modal dari Amartha setiap harinya. Amartha juga fokus berkontribusi terhadap pemerataan pembangunan ekonomi di luar pulau Jawa, dengan lebih dari 70% permodalan disalurkan ke luar Pulau Jawa.

Hal ini sejalan dengan tujuan Pemerintah Indonesia untuk mencapai inklusi keuangan digital yang merata di seluruh pelosok Negeri.

Riccardo Puliti, Regional Vice President dari IFC untuk Asia dan Pasifik menyampaikan, pihaknya bangga menjadi bagian dari inisiatif yang tidak hanya menyediakan struktur inovatif dan solusi pembiayaan berkelanjutan bagi kelompok underserved di sektor perekonomian, namun juga memperdalam pasar modal Indonesia.

Ia mengatakan, kesenjangan akses permodalan yang dihadapi oleh perempuan pengusaha ultra mikro di Indonesia, yang sangat penting bagi perekonomian secara keseluruhan, menjadi semakin melebar karena adanya COVID-19 yang menyebabkan perempuan harus menanggung beban rumah tangga dan tekanan pengasuhan anak yang semakin besar selama pandemi.

“Kerja sama ini merupakan kemenangan bagi perempuan dan kemenangan bagi perekonomian,” ujarnya.