MNEWS.co.is – Dalam riset yang dilakukan oleh SkyQuest, diperkirakan jika pasar makanan berbasis nabati global akan melampaui nilai sampai dengan USD34,24 miliar pada tahun 2028 karena meningkatnya kesadaran konsumen mengenai penderitaan dan kesejahteraan hewan dalam industri peternakan.
Dengan nilai pasar sebesar USD 15,6 miliar pada tahun 2021, prediksi peningkatan tahun 2028 ditandai dengan adanya tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 9,3%.
Among Prakosa, Manajer Kebijakan Pangan Indonesia di Act for Farmed Animals (AFFA) mengungkapkan, pasar makanan berbasis nabati atau vegan telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Pertumbuhan tersebut, lanjutnya, disebabkan karena semakin banyak konsumen yang beralih ke opsi makanan nabati yang didorong oleh berbagai faktor, termasuk di antaranya mengenai kekhawatiran akan kesehatan, lingkungan, dan kesejahteraan hewan.
“Menarik untuk melihat berbagai produk dan inovasi baru yang memudahkan orang untuk mengadopsi gaya hidup vegan”, ujarnya.
Among juga memaparkan jika sebagian besar populasi di bumi tidak toleran terhadap laktosa, maka alternatif susu nabati merupakan faktor kuat dari pertumbuhan ini. Segmen ini sendiri diperkirakan akan tumbuh sebesar 10,4% pada tahun 2028.
“Produk susu nabati menawarkan pilihan yang rendah lemak jenuh dan bebas kolesterol, dan yang paling penting, bebas dari kekejaman. Selain itu, susu sapi memiliki dampak lingkungan yang jauh lebih tinggi daripada alternatif nabati,” jelas Among.
Di Indonesia saja, pasar makanan dan minuman berbasis nabati diproyeksikan akan tumbuh sebesar 7,2% di antara tahun 2022 dan 2027.
Selain kepedulian terhadap hewan yang digunakan dalam industri peternakan, AFFA melalui 21 Hari Vegan menawarkan tantangan vegan gratis di Indonesia untuk membantu orang yang ingin mengadopsi pola makan nabati.
Among menjelaskan jika tantangan 21 Hari Vegan telah menjadi cara populer bagi individu untuk menikmati dan mendapatkan manfaat dari pola makan berbasis nabati. Selama waktu yang ditentukan, peserta mendapatkan saran dari ahli gizi profesional dan didorong untuk menjelajahi berbagai makanan berbasis nabati, serta mengeksplorasi resep baru dan lezat.
“Setelah menjalani tantangan tersebut, sebagian besar peserta merasa jauh lebih mudah dan menyenangkan untuk beralih daripada yang mereka duga,” ungkap Among.