Jusuf Hamka, sosok di balik Warung Nasi Kuning 3000 Rupiah. Foto: google.com
Jusuf Hamka, sosok di balik Warung Nasi Kuning 3000 Rupiah. Foto: google.com

Jakarta, M-NEWS.co.id – Seporsi nasi kuning lengkap dengan lauk-pauk dan minum hanya 3 ribu rupiah. Harga yang fantastis murahnya di tengah lonjakan harga di ibukota. Paket komplit nasi kuning murah meriah tersebut hanya dijual di Warung Nasi Kuning Podjok Halal di Jalan Yos Sudarso Kav.28 Jakarta Utara milik Jusuf Hamka, seorang mualaf yang juga anak angkat ulama Indonesia, Buya Hamka.

Lelaki yang sebelumnya memiliki nama Alun Joseph ini dibesarkan di Krekot Bunder, Jakarta Pusat. Mulai masuk Islam di usianya yang ke-24 tahun, tepatnya pada 1981, karena sering mendengarkan ceramah Buya Hamka. Ia mengaku tertarik mendalami Islam karena penasaran dengan teman-temannya yang diperintahkan untuk shalat ketika sedang bermain dengannya.

Dilahirkan di keluarga yang moderat menyebabkannya tidak sulit beradaptasi dengan ajaran-ajaran Islam. Melalui apa yang dipelajarinya, Jusuf bertekad untuk mengharumkan nama Islam, salah satunya dengan cara berbagi, khususnya untuk kaum dhuafa dan fakir miskin.

Warung Nasi Kuning Podjok Halal yang digagasnya merupakan sebuah konsep yang menawarkan semangat berbagi rezeki. Sejak dibuka Desember 2017 lalu, warung ini menyediakan ratusan porsi nasi kuning lengkap dengan lauk-pauk dan air putih, yang dijual seharga 3 ribu rupiah. Apabila yang datang ke warungnya benar-benar tidak memiliki uang, Jusuf akan memberikan seporsi nasi kuning secara cuma-cuma.

Mungkin kita yang mendengar akan terheran, apa untungnya berjualan nasi kuning komplit seharga 3 ribu? Tetapi tidak bagi Jusuf Hamka. Ia beranggapan harta yang disedekahkannya menjadi investasi untuk kehidupan di akhirat kelak, sesuai dengan ajaran Islam yang mengedepankan semangat berbagi dan membantu sesama.

Pengusaha yang juga menjadi Ketua Komunitas Muslim Tionghoa Indonesia ini mematok harga 3 ribu rupiah agar dapat terjangkau bagi kaum dhuafa dan fakir miskin yang tinggal atau bekerja di sekitar wilayah Jalan Yos Sudarso.

“Sebenarnya bisa kita kasih gratis tetapi tidak mendidik nantinya. Kita berbagi sambil membimbing mereka,” katanya.

Tidak hanya kaum dhuafa saja, masyarakat menengah ke atas pun turut mampir ke warung ini. Hanya saja, ada yang sengaja membayar lebih untuk bersedekah. Bahkan menyisihkan sebagian uangnya untuk menambah suplai nasi kuning yang akan dijual pada hari berikutnya.

Setelah 37 tahun memeluk agama Islam, Jusuf merasakan kedamaian dan kebahagiaan. Tidak hanya Warung Nasi Kuning Podjok Halal saja, saat ini Ia juga tengah membangun sebuah masjid di kolong tol kawasan Papanggo, Jakarta Utara.

Jusuf Hamka berniat untuk membuka cabang Warung Nasi Kuning Podjok Halal di area Jakarta lainnya. Harapannya, Ia bisa menjual hingga 1.000 porsi nasi kuning setiap harinya, yang sebagian besar modalnya berasal dari hartanya.