Ilustrasi Logo. Foto: Pexels.
Ilustrasi Logo. Foto: Pexels.

Jakarta, MNEWS.co.id – Dalam menjalankan usaha, logo menjadi sangat penting. Desain logo bisa menentukan karakteristik brand yang digunakan. Logo sebagai sebuah tampilan visual suatu usaha, tidak hanya sekadar simbol atau huruf yang merepresentasikan makna tertentu, logo juga bisa menjadi magnet yang menarik pembeli.

Namun, masih banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang membuat logo ‘ala kadarnya’. Padahal, butuh trik tersendiri jika ingin menciptakan brand image yang baik dan menarik lewat logo. Karena nantinya, logo ini akan menjadi garda depan dalam promosi, dan akan melekat dalam ingatan audiens.

Yossa Setiadi, pemilik usaha Bawang Goreng Soy dan Jahe Susu Assoy, Bawangsoy.com membagikan pengalaman dan tipsnya dalam membuat logo. Menurutnya, logo harus bisa stand out, dalam artian mencuri perhatian. Sisipkan juga misi di balik brand dalam logo. Dan jangan lupa segera dipatenkan jika sudah fix, agar aman dan tidak ‘kecolongan’ oleh pihak lain.

Selain itu, jika ingin membuat logo tanpa gambar, perhatikan jenis font yang digunakan. Jangan gunakan font yang terlalu aneh dan sulit dikenali. Gunakan font seri klasik, sans sheriff, dan script font. Lalu, perhatikan warnanya.

“Tiap warna ada filosofinya masing-masing. Warna merah misalnya, artinya kuat dan bisa menambah nafsu makan. Warna orange yang saya gunakan dalam logo brand saya, memiliki makna hangat, antusias, dan ramah. Warna hijau biasanya berkaitan dengan sesuatu yang herbal, segar, dari alam. Warna biru seperti yang digunakan oleh facebook dan Garuda Indonesia, melambangkan kepercayaan,” jelas Yossa dalam acara Menumbuhkan Minat Kewirausahaan Pemuda di Kemenpora, Jakarta, baru-baru ini.

Yossa juga menjelaskan makna warna-warna lainnya, misalnya ungu yang melambangkan kemewahan, putih yang artinya kesederhanaan (simple), dan hitam yang cenderung eksklusif dan formal.

Menurutnya, brand dan logo itu berbeda. Brand itu tidak terlihat, bukan seperti logo yang bisa dirasakan oleh indera. Brand adalah perasaan, soul yang bisa dilihat, dirasakan, dan dialami oleh pengalaman.

“Makanya penting kita membentuk logo agar bisa memperkuat brand yang kita punya,” tandas pengusaha bawang yang juga berjualan aspal ini.

Yossa Setiadi, pengusaha Bawang Goreng Soy dan Jahe Susu Assoy. Foto: (doc/MNEWS)

Tips berikutnya dalam membuat logo, buat komposisinya dengan seimbang. Komposisi logo terdiri dari 3 elemen, yaitu tulisan, maskot, dan tagline. Misal, kita mempunyai usaha restoran seafood, maka alangkah baiknya ada nama restoran sebagai tulisan dalam logo tersebut, maskot berupa hewan laut, dan tagline atau motto yang mudah diingat oleh masyarakat.

“Jangan asal spekulasi bikin logo, berbahaya. Harus hati-hati, riset dulu simbol-simbol yang akan digunakan. Harus tahu segala konsekuensinya,” pungkas Yossa yang bercerita bagaimana dulu dia pernah melakukan kesalahan fatal dalam membuat logo, hingga menuai protes dari aktivis lingkungan dan menimbulkan salah paham serta kerugian ratusan juta rupiah.

Kemudian, Yossa juga menganjurkan kepada para pelaku usaha untuk rajin-rajin mengikuti pameran. Tujuannya bukan untuk memperoleh omzet yang besar, tapi untuk memperoleh kenalan baru dan portofolio. Pelaku usaha juga bisa memanfaat teknik low budget recognition, yakni dengan membawa produk dan foto bareng dengan narasumber atau orang-orang berpengaruh yang ditemui di pameran atau acara tertentu.

“Dalam pameran, jangan langsung orientasi buat dapetin omzet. Tapi biar dapet kenalan baru, portofolio dan lain-lain. Pameran itu murni cari kenalan. Tujuannya untuk publisitas gratis,” kata Yossa.

Lebih lanjut Yossa menjelaskan, ada teknik-teknik branding yang bisa diterapkan agar usaha makin sukses. Yang pertama, kolaborasi dan sebutkan klien yang membeli produk kita. Pastikan produk kita ada asosiasi, ujarnya. Ia menambahkan, hal ini penting agar calon klien bisa mengetahui siapa saja yang pernah membeli produk kita. Ia mencontohkan produk bawang gorengnya yang sudah mendapat langganan hotel-hotel bintang lima di Jakarta.

“Pelayanan juga harus ditingkatkan. Minta testimoni dari klien, baca terus agar kita bisa tahu sudah sampai mana usaha yang dijalankan. Terus, kita juga harus tahu persis target market yang dituju. Don’t always sell, but tell! Jangan melulu menawarkan produk, tawarkan juga informasi bermanfaat yang masih berkaitan dengan produk kita,” ungkap Yossa.

Lalu, para pelaku usaha juga bisa melakukan captive market, dengan cara menggunakan seluruh media sosial yang dimiliki untuk promosi dan membagikan informasi seputar produk. Jika dilakukan secara terus-menerus, orang akan terbiasa dan familiar dengan brand kita, sehingga lebih mudah tertarik untuk membeli.

Yossa menyarankan, sebaiknya dalam membuat brand produk yang kita jual mengandung 3 aspek ini, yakni ciri khas, apa yang dijual, dan nama daerah asalnya. Yossa mencontohkan, rendang Padang Sederhana, misalnya. Produk rendang asal Padang dengan brand Sederhana.

Terakhir, lulusan Universitas Pelita Harapan tersebut menuturkan, perhatikan setiap detil dari usaha yang dijalankan. Jangan pernah mengabaikan hal-hal kecil, karena itu bisa jadi penyebab jatuhnya usaha kita.

“Jangan pernah mengabaikan hal-hal kecil, kadang manusia jatuh karena hal-hal kecil,” tutup Yossa.