Ilustrasi Risiko. Foto: Google Images.
Ilustrasi Risiko. Foto: Google Images.

Jakarta, MNEWS.co.id – Di antara untung dan rugi dalam berbisnis, ada risiko yang harus ditanggung. Bagi para pelaku usaha, risiko biasanya kerap dihindari karena tidak mau merugi. Padahal, risiko juga punya banyak manfaat bagi pengembangan usaha. Kira-kira apa saja, ya?

Agus Purnomo Wibisono, pengusaha ikan air tawar “IWA-KE OISHI” berbagi cerita pengalamannya dalam menghadapi risiko berbisnis. Menurutnya, risiko tidak bisa dihindari atau dihilangkan, tapi bisa diperkecil. Ada beberapa cara yang harus ditempuh bagi pelaku usaha untuk meminimalisir risiko.

“Tingkatkan pengetahuan kita secara terus-menerus. Bisa lewat buku, youtube, atau memanfaatkan ilmu yang kita dapat semasa kuliah. Dengan pengetahuan, kita bisa meminimalisir risiko dalam menjalankan usaha,” pungkas Agus dalam acara Menumbuhkan Minat Kewirausahaan Pemuda di Kemenpora, Jakarta, belum lama ini.

Agus berkisah, Ia menjual ikan air tawar berkualitas premium dengan rasa yang enak karena dipiara dengan baik di kolamnya. Selama ini, kata Agus, sulit mencari ikan yang dipiara dengan baik. Kebanyakan membudidayakan ikan sekadarnya. Melalui usahanya, Agus memberdayakan ibu-ibu untuk bekerja sama hingga akhirnya Ia bisa memasok ikan ke beberapa supermarket dan restoran.

Hal itu tentu butuh proses dan pembelajaran. Ilmu yang didapat oleh Agus tidak hanya dari bangku pendidikan formal yang dienyamnya. Lulusan perikanan salah satu universitas negeri tersebut juga rajin mencari ilmu dari internet. Inilah yang menyebabkannya bisa mengurangi risiko hingga sekecil mungkin.

Agus Purnomo Wibisono, pemilik usaha IWA-KE OISHI. Foto: (doc/MNEWS)

Selain itu, carilah pengalaman sebanyak-banyaknya. Jangan takut mencoba hal baru atau bereksperimen, mempraktekkan apa yang dipelajari, atau magang di tempat yang bisa memberikan pengetahuan dan pengalaman baru.

“Perluas networking juga, sering-sering ikut seminar, ikut dalam komunitas, supaya bisa tahu informasi terbaru dan pengalaman orang lain yang bisa kita pelajari,” ujar Agus yang berkecimpung di budidaya ikan air tawar ini.

Dan jangan lupa, tambahnya, tingkatkan kemampuan atau skill yang dimiliki. Di Jepang ada konsep “Ikigai”, menurut Agus, konsep a reason for being ini bisa diterapkan juga dalam usaha yang tengah dijalankan.

“Konsep ini menekankan, harus seimbang antara apa yang kita sukai, apa yang kita bisa, apa yang dibutuhkan masyarakat, serta apa yang bisa kita kerjakan untuk dibayar atau memperoleh uang,” jelasnya.

Dirinya mencontohkan, usaha jika dilakukan tidak dengan sepenuh hati maka biasanya akan cepat gagal. Tapi, kalau kita menjalankan usaha yang kita sukai dipadukan dengan kemampuan yang kita bisa, dan juga bisa memenuhi apa yang dibutuhkan masyarakat, maka uang akan mengikuti dengan sendirinya.

Terakhir, Agus mengingatkan para pelaku usaha untuk mengedukasi pasar. Meski harga produk yang ditawarkan relatif sedikit lebih mahal dibanding produk lain, namun karena kualitasnya baik, maka sebenarnya cost yang dikeluarkan lebih murah. Edukasi semacam ini harus ditanamkan khususnya pada pasar potensial yang disasar.

“Market butuh produk yang baik, tapi harus dikenalkan dulu. Edukasi pasar itu penting!” tutup Agus.