Kelompok Wanita Putri 21 di Kabupaten Gunung Kidul memproduksi beras singkong dan mocaf untuk meningkatkan nilai jual singkong. (Foto: ANTARA)

Jakarta, MNEWS.co.id – Kelompok Wanita Putri 21 asal Desa Sumberejo, Playen, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyiasati singkong menjadi produk bernilai jual tinggi. Kelompok ini memproduksi komoditas pangan umbi-umbian tersebut menjadi beras singkong hingga tepung mocaf yang lebih bernilai ekonomi.

Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pertanian dan Pangan, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gunung Kidul bersinergi memberi pendampingan terhadap petani singkong. Terutama untuk mengolah singkong menjadi produk berkualitas dan nilai jual tinggi.

“Kami berkomitmen meningkatkan kesejahteraan petani dengan mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pengolahan bahan baku lokal menjadi produk berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi, seperti produk mocaf dan beras singkong,” kata Bupati Gunung Kidul Badingah dilansir dari Antara.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunung Kidul berusaha melatih petani agar kesejahteraan mereka meningkat. Dia menegaskan tapi sinergi lintas dinas diperlukan untuk menjalankan pemberdayaan usaha kecil dan menengah.

Dinas yang terlibat mendorong pembentukan UMKM pengolahan produk lokal seperti singkong. Bantuan yang diberikan mulai dari pendampingan, alat produksi, hingga mencari pangsa pasar.

Kelompok Wanita Putri 21 mendapat bantuan peralatan mesin pembuatan beras singkong dan mocaf dari Dinas Koperasi dan UKM Gunung Kidul. Mereka juga mendapat pelatihan pengolahan singkong menjadi produk turunan.

“Singkong diproses dulu menjadi mocaf baru kemudian diproses lagi untuk menjadi beras analog. Alhamdulillah saat percobaan itu jadi, peminatnya juga lumanyan. Sehingga, kita produksi terus,” kata Suti Rahayu yang merupakan salah satu anggota Kelompok Wanita Putri 21.

UKM ini mampu memproduksi bahan jadi setelah memperoleh bahan baku dalam waktu dua hari. Kelompok UKM ini mampu menghasilkan 15 kilogram beras mocaf sekali produksi. Peningkatan kapasitas produksi terkendala alat.

Namun, kelompok telah mendapatkan pendampingan dari pihak ketiga untuk lebih memajukan usaha kreatif tersebut. Dalam satu bulan kelompok ini dapat memproduksi 500 kilogram beras singkong. Kelompok ini pun bersyukur, harga jual komoditas turunan yang mereka buat berkali lipat harga singkong.

“Per kilogram kita jual seharga Rp26 ribu. Untuk pasarannya di lokal dan sudah merambah ke beberapa daerah besar seperti Jakarta dan lainnya,” tambahnya.

Beras singkong diminati karena rendah kalori, dan bergizi tinggi. Jenis beras ini cocok dikonsumsi sehari sekali bagi orang yang menjalankan program diet ataupun pengidap penyakit tertentu.