Jakarta, MNEWS.co.id – Kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat di era pandemi, nyatanya juga menyulitkan aktivitas petani.
Rizky Andika Septiyanzar, Lead of Enterprise CROWDE mengatakan pandemi beserta pembatasan kegiatan masyarakat berdampak pada melambatnya proses distribusi produk pertanian hingga menurunnya daya beli masyarakat. Orang-orang dibatasi untuk makan di luar. Ingin berwisata dan menginap di hotel pun jadi penuh pertimbangan.
Akibatnya, masyarakat benar-benar hanya makan seperlunya, padahal petani tetap berproduksi sepenuhnya. Alhasil, panen petani tak terserap maksimal dan mereka merugi.
“Tapi di lain sisi, sektor ini juga yang paling bertahan bahkan bertumbuh di masa pandemi karena produk hasil pertanian akan selalu dibutuhkan masyarakat,” ujar Andika.
Mengutip dari siaran pers CROWDE, berikut Andika ingin berbagi tips mempertahankan usaha pertanian agar tetap cuan maksimal di masa pandemi.
Berusaha adaptif dengan situasi atau kondisi saat ini
Ya, tidak ada yang mengharapkan situasi pandemi ini akan terjadi. Namun, nasi telah menjadi bubur. Perubahan pola konsumen membuat kondisi pasar ikut menyesuaikan. Sehingga membuat para pemilik usaha membutuhkan strategi yang berbeda. Sebagai contoh, konsumen saat ini lebih suka berbelanja kebutuhan secara online. Mau tidak mau, usaha Anda juga harus beralih ke sana agar dapat menjangkau konsumen yang lebih luas. Dengan memanfaatkan media sosial atau aplikasi chatting, Anda sudah bisa kembali meningkatkan penjualan.
Terus berinovasi menggali potensi
Kondisi yang serba terbatas saat ini, perlu didorong dengan melakukan inovasi agar produktivitas usaha pertanian dapat terus meningkat. Selain itu, inovasi juga diperlukan untuk meningkatkan efisiensi biaya produksi agar lebih menguntungkan. Inovasi yang dilakukan bisa berbentuk, misal pemanfaatan lahan rawa. Selain itu, penggunaan teknologi pertanian, seperti alat pendeteksi cuaca, pengukur pH, dan pengukur kelembapan tanah. Hingga inovasi produk pengolahan hasil panen yang menciptakan peluang baru.
Melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak
Sekarang adalah eranya kolaborasi. Dengan bergabung atau bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, seperti pelaku usaha yang sama atau bidang lain, seperti pelaku industri UMKM, pelaku logistik, hingga praktisi pemasaran. Hal ini dilakukan agar dapat merumuskan strategi bersama untuk pengembangan proses produksi/budidaya, produk/komoditas pertanian, hingga distribusi dan pemasaran.
Menargetkan pasar ekspor
Peluang ekspor hasil pertanian sangat menggiurkan. Bahkan pada Agustus lalu, Indonesia baru saja mengekspor 627,4 juta ton produk pertanian ke 61 negara dengan total pendapatan sebesar Rp7,29 triliun. Peluang ini bisa Anda manfaatkan juga dengan coba menghasilkan produk pertanian berkualitas ekspor. Pelajari ilmu baru dan terapkan metode budidaya yang tepat, agar usaha pertanian Anda bisa ikut berkontribusi memenuhi kebutuhan ekspor.
Seperti Pak Sofyan, salah satu mitra petani CROWDE. Beliau memproduksi komoditas buncis kenya kualitas impor, dan diakuinya memang memiliki treatment budidaya yang sedikit berbeda. Seperti penggunaan pupuk, pestisida, dan bibit yang harus benar-benar sesuai. Selain itu, pemanfaatan teknologi seperti rainshelter dan pengairan menggunakan mini hydra pun diterapkan. Meski awalnya, Pak Sofyan juga mengalami trial and error.
“Saat ini dengan pola tanam setiap 10 hari sekali di lahan seluas 4 ha, saya bersama tim mampu memproduksi buncis kenya sebanyak 200 kg/hari untuk diekspor ke Singapura dan Malaysia,” ungkap Pak Sofyan.
Menurutnya, kunci utama keberhasilan budidaya adalah dengan menetapkan tujuan budidaya dan prospek pasar lebih dulu. Itu nanti yang akan mempermudah jalan untuk mengembangkan usaha pertanian.