Yogyakarta, MNEWS.co.id – Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta menyiapkan program untuk membangkitkan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terdampak Covid-19. Tidak hanya pendampingan, namun juga memasukkan produk UMKM ke sejumlah mal yang ada di Kota Gudeg tersebut.
Jumlah total UMKM Kota Yogyakarta yang tersebar di 14 kecamatan ada sekitar 26 ribu. Dari jumlah itu, yang sudah mengantongi IUM baru ada 4.500 UMUM. Dari pendataan yang dilakukan, ada 1.450 yang mengisi form terdampak Covid-19.
Selama pandemi Covid-19, beberapa pelaku UMKM beralih ke produk lain seperti alat pelidung diri (APD), hand sanitizer. Data di dinas terkait, ada 119 UMKM yang beralih untuk memproduksi barang lain seperti masker hingga APD, sedangkan produk olahan sekitar 100 UMKM.
Rihari Wulandari, Kepala Bidang Usaha Kecil Mikro Diskop, UKM, Nakertrans Kota Yogyakarta mengatakan, sudah ada program pemulihan bagi pelaku UMKM bangkit dari keterpurukan akibat pandemi. Pihaknya memberikan pendampingan pelaku UMKM untuk berinovasi, berkreasi, dan memproduksi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat sekarang.
Ia menjelaskan saat Ramadan yang berbarengan dengan masa pandemi corona, pelaku UMKM memproduksi produk yang sedang dibutuhkan. “Misalnya memproduksi olahan, masker, APD, hand sanitizer, sarung tangan,” ucapnya seperti dikutip di website Pemkot Yogyakarta, Minggu, 5 Juli 2020.
Pihaknya juga meningkatkan pemasaran bekerja sama dengan market place, salah satunya dengan membuatkan katalog. Sehingga masyarakat bisa belanja dari rumah karena sudah tertera harganya.
“Pemkot kerja sama dengan salah satu transportasi daring untuk ongkir, isinya adalah produk-produk UMKM. Ada gambar, harga, kontak, dan alamat di katalog tersebut,” ungkapnya.
Rihari mengungkapkan, sejauh ini juga sudah mulai menjajaki kerja sama dengan dua mal di Yogyakarta yang sanggup membantu UMKM dengan sistem bagi hasil. Nantinya mal memberi stand kepada pelaku UMKM untuk mendisplay produknya. Ada tiga jenis produk UMKM yang diupayakan masuk ke mal yakni fashion, craft dan kuliner.
Menurutnya, model bagi hasil ini ada pertimbangannya. Pasalnya kalau gratis tidak mungkin. Di sisi lain, jika pelaku UMKM membayar biaya sewa juga tidak mampu. Sehigga solusinya dari pada sepi, sepakat menjalin kerja sama dengan sistem bagi hasil. “Kami tawarkan ternyata mereka antusias kalau bagi hasil. Bagi hasilnya kita rapatkan dulu dengan tim management,” ucapnya.