Menkominfo Rudiantara dalam GDP Venture ICON 2018 “Transform Now” di Grand Ballroom Kempinski, Selasa (13/11/2018). - (VY). Foto: (doc/Kominfo)
Menkominfo Rudiantara dalam GDP Venture ICON 2018 “Transform Now” di Grand Ballroom Kempinski, Selasa (13/11/2018). - (VY). Foto: (doc/Kominfo)

Jakarta, MNEWS.co.id – Berbeda dengan anggapan orang kebanyakan, faktor utama transformasi industri dalam menghadapi era digital bukanlah adopsi teknologi. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara yang paling menentukan adalah perubahan pola pikir.

“Bukan teknologi yang menjadi patokan kita bertransformasi. Yang mengubah kita adalah pola pikir, setelah mau berubah baru kita cari toolsnya, dan teknologi sebagai salah satu opsi. Dewanya adalah bagaimana pemikiran kita dalam mengubah proses bisnis. Berubah pikiran, berubah proses, berubah cara,” jelas Rudiantara dalam Konferensi Inovasi GDP Venture ICON 2018 “Transform Now” di Grand Ballroom Kempinski, Selasa (13/11/2018).

Di hadapan para pembicara dan peserta konferensi yang didominasi oleh pelaku industri bidang e-commerce, startup, investor, dan inkubator startup itu, Menteri Rudiantara menyatakan perubahan pola pikir pun harus disertai dengan kemampuan melihat lebih jauh ke depan.

“Yang menang adalah kalau pikiran kita selalu ahead of the curve. Bukan cuma adopsi teknologinya. Nadiem bikin Gojek bukan karena teknologinya, dia melihat ruang bisnis perubahan kalau ojek bisa bergerak bisa di-call, produktivitasnya akan naik, income nya akan naik. Inilah yang kita butuhkan, business process transformation,” pungkasnya.

Dalam kesempatan tersebut Menkominfo turut menjabarkan langkah-langkah yang telah diambil pemerintah dalam mendorong dan mengakselerasi pertumbuhan industri di dunia digital, salah satunya dengan program Digital Talent.

“McKinsey Report mengatakan, setiap tahunnya sampai Tahun 2025 kita butuh setidaknya 300 ribu–500 ribu digital talent. Kami melihatnya ini ada kebutuhan besar. Kami kerja sama dengan Microsoft, Cisco, dan Google, bagaimana menciptakan 20 ribu digital talent. Tahun 2018 dianggap sebagai pilot project nya, targetnya 1.000 talent dari September sampai Desember ini. Pesertanya bisa lulusan SMK, sekolah vokasi, D3 dan S1 latar belakang apapun,” jelas Rudiantara.

Ia menambahkan, pemerintah menargetkan tahun depan setidaknya ada salah satu dari 4 Unicorn Indonesia yang mencapai status Decacorn. “Indonesia sudah dilirik di peta digital dunia. Kita punya 4 unicorn. Kita terus dorong, targetnya tahun depan ada yang jadi Decacorn, yang valuasinya setidaknya 10 miliar USD. Saya yakin tahun depan pasti satu jadi Decacorn,” ungkapnya.

Rudiantara kembali menekankan bahwa perubahan harus terus menyiapkan langkah ke depan. “Harus dipikirkan lagi apa yang harus disiapkan 10 tahun ke depan, legacy apa yang pemerintah harus siapkan untuk nanti. Dengan harapan pastinya Indonesia akan jadi lebih baik,” tegasnya.

Mengangkat topik Transform Now, konferensi GDP Venture ICON 2018 kali ini menghadirkan berbagai pembicara ahli dari dalam dan luar negeri di antaranya Co-Founder dan CEO GO-JEK Nadiem Makarim, Founder Narasi.tv Najwa Shihab, CEO Merah Putih Incubator Antonny Liem, CEO DailySocial Rama Mamuaya, dan Regional Chanel Lead Google Asia Tenggara Suresh Mylavarapu.

CEO GDP Venture, Martin Hartono, turut menyatakan hal yangs sama. “Bermain di industri ini semuanya tentang mindset. Mulai dengan mindset yang tepat. Ketika kita investasi di e-commerce, semua tentang menciptakan pengalaman terbaik di bidang retail,” tutupnya.

Sumber: Kominfo