Jayapura, MNEWS.co.id – Perhelatan PON XX dan Pekan Paralimpik Nasional XVI (Peparnas) membuka peluang bisnis pembinaan bagi petani kopi milenial orang asli Papua untuk bisa menjual produk pertanian go publik Internasional.
Peluang kopi Papua bisa go international selain dapat mendatangkan pendapatan keluarga bagi petani milenial juga mampu mengangkat perekonomian daerah Papua wilayah paling Timur Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Impian menjadikan petani kopi milenial Papua bisa terangkat ke dunia Internasional perlu dukungan bersama pemerintah, perbankan dan kalangan profesional,” ungkap Ketua DPD Asosiasi Kopi Indonesia Andre Pahabol.
Mewujudkan petani kopi milenial Papua Go International terus digaungkan Ketua DPD ASKI Papua Andre Pahabol sejak enam tahun silam melalui wadah organisasinya. Mengajak generasi muda Papua untuk menekuni usaha bisnis kopi tidak semudah membalikkan telapak tangan namun harus memerlukan kiat khusus sehingga pemuda Papua tertarik untuk menanam kopi.
“Obsesi saya kedepan petani milenial kopi orang asli Papua bisa mendatangkan uang untuk keluarganya melalui bisnis kopi Papua,” tambahnya.
Kontribusi anak muda untuk mendorong laju ekonomi di Provinsi Papua tampaknya segera mengalami akselerasi. Pasalnya, Papua selain kaya dengan sumber daya alamnya juga memiliki sumber daya manusia muda berprestasi.
Melalui kopi, anak muda Papua lebih inspiratif dalam bidang menekuni bisnis kuliner dan kewirausahaan karena dapat membuka lapangan kerja baru untuk orang lain.
“Ini pekerjaan rumah besar bagi DPD ASKI Papua karena ingin merubah pola pikir anak muda Papua berbisnis kopi, ya ini tantangan harus menjadi komitmen organisasi,” ujarnya.
Kopi dari Papua hingga kini mulai dicari penikmat kopi dunia karena varian kopi asal Papua pun cukup banyak yang tersedia, baik jenis robusta maupun arabica. Kopi yang ditanam di berbagai daerah di Provinsi Papua punya kelebihan cita rasa sendiri dibanding kopi jenis lain dari daerah di Indonesia.
Peluang bisnis kopi hingga saat ini telah menjadi daya tarik ekonomi global, karena itu potensi ekonomi ini perlu dicoba para milenial Papua.
Kopi asal Papua sudah dikenal dunia, salah satunya varietas kopi yang masih terkenal jenis kopi Lembah Baliem, yang ditanam di pegunungan Jayawijaya Wamena. Kopi ini memiliki sejarah panjang dan mulai diperkenalkan Dinas Pertanian Belanda di era 1960-an.
Begitu juga dengan kopi jenis Amungme yang telah diproduksi di Kabupaten Timika, Papua melalui budi daya petani kopi dari suku Amungme. Demikian pula bila ingin merasakan nikmatnya kopi dengan rasa zat gizi yang tinggi dan rasa kopi yang lebih asam, jenis kopi ini dapat ditemukan pada kopi pegunungan bintang, kopi jenis arabika yang spesial.
Semua jenis kopi itu kini sangat mudah ditemukan di sejumlah coffee shop yang tumbuh subur di Sentani dan Kota Jayapura. Benar, kopi dari sejumlah daerah di Papua, bahkan kini sudah semakin diminati konsumen mancanegara, seperti Australia, Selandia Baru dan Amerika.
Sedangkan kendala lain dialami petani kopi Papua, menurut Andre, masalah kemasan kopi yang dibuat petani harus berstandar sehingga menjadi daya tarik pengemar kopi.
DPD ASKI ingin membenahi masalah brand lebih mengenalkan Kopi Papua. Boleh saja, kopi berasal dari Wamena, dari Pegunungan Bintang, atau lainnya. Namun brand cukup satu ‘Kopi Papua’. Ini seperti kopi Gayo.
Untuk bisa mewujudkan kopi Papua yang memilik brand khusus. DPD Aski pun kini tengah memberikan pelatihan bagi kalangan milenial untuk diperkenalkan soal kopi asal Papua, cara meraciknya dan menyeduhnya (barista).
Asosiasi Kopi Indonesia juga mengajarkan petani-petani di daerah untuk menanam kopi. Kerja sama dengan petani pesisir kopi robusta, petani gunung kopi arabica sehingga mereka benar-benar siap mewakili brand kopi asal Papua.
Perhelatan PON XX Papua dan Peparnas XVI menjadi salah satu trial untuk dimanfaatkan para petani milenial asli Papua yang mengenalkan beragam jenis kopi Papua untuk dijadikan suvenir sebagai oleh-oleh dari tanah Papua.