Ilustrasi Pelaku Usaha Selam. (Foto: Pexels/VisionPic)

Jakarta, MNEWS.co.id – Pelaku usaha wisata selam diajak menyiapkan strategi promosi usai pandemi virus corona (COVID-19). Wisata selam menjadi salah satu sektor pariwisata yang terdampak berat akibat virus corona.

Rizki Handayani Mustafa, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan, selama ini Indonesia dikenal memiliki titik selam terindah bahkan beberapa destinasinya seperti Labuan Bajo hingga Raja Ampat berkali-kali dinobatkan sebagai salah satu titik selam terbaik di dunia.

 “Untuk itu Kemenparekraf memfasilitasi 80 peserta dalam kegiatan #Sharingbarengpakar Webinar Wisata Selam yang diselenggarakan pada 29 April 2020 dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya seperti Abi Carnadie Founder & Co-owner Bubbles Dive Center serta Julius Bramanto Co-Founder & CEO of Traval.co,” kata Rizki.

Rizki berharap, kegiatan itu dapat memberikan manfaat bagi pelaku pariwisata dalam menghadapi masa krisis sekaligus mempersiapkan mereka menghadapi lonjakan pariwisata pasca-Covid-19.

“Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan dan mempersiapkan kemampuan pelaku industri minat khusus. Sehingga mereka sudah memiliki target dan rencana promosi pascapandemi ini dinyatakan usai,” ujar dia.

 Usai pandemi ini berakhir, lanjut dia, sektor pariwisata diprediksi akan mengalami perubahan tren berwisata yang arahnya bisa mengusung prinsip pariwisata berkelanjutan termasuk fokus pada isu kesehatan dan keamanan.

“Menyikapi hal tersebut, seminar juga membahas tentang bagaimana menyiapkan destinasi wisata pasca-Covid-19, seperti prosedur peralatan sebelum digunakan ataupun bagaimana memastikan peserta Fit to Dive sebelum melakukan aktivitas,” terang dia.

Ketua Umum Perkumpulan Usaha Wisata Selam Indonesia (PUWSI) Ricky Soerapoetra sebelumnya mengatakan, usaha wisata selam nyaris berhenti total akibat pandemi Covid-19 dan menyebabkan kerugian hingga miliaran rupiah.

“Usaha wisata nyaris berhenti total dan menyebabkan peningkatan jumlah tenaga kerja yang dirumahkan,” ujar dia. Ricky mengatakan, anggota PUWSI telah menerima pengajuan pembatalan perjalanan (trip) hingga 40% hanya dalam waktu satu bulan. Akibatnya, muncul potensi penambahan jumlah pekerja yang akan dirumahkan.

 Setidaknya, 25% pelaku usaha memastikan akan mengurangi jumlah tenaga kerja untuk menekan biaya operasional usaha. Meskipun belum dapat menyebutkan secara rinci nilai kerugian pelaku usaha wisata selam, Ricky memperkirakan, angkanya akan semakin membengkak hingga miliaran rupiah jika situasi ini tidak segera membaik. Padahal, sebanyak 40% pelaku usaha menanggung kredit perbankan, sehingga perlu ada dukungan pemerintah maupun pihak terkait untuk meringankan beban pengusaha.