Ilustrasi. (Foto: Pexels)
Ilustrasi. (Foto: Pexels)

Jakarta, MNEWS.co.id – Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM meminta kepada para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar ikut membantu untuk defisit neraca perdagangan yaitu dengan cara meningkatkan diversifikasi produk agar bisa diekspor ke luar negeri. 

Rully Indrawan selaku Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, mengatakan bahwa saat ini sudah banyak industri pengolahan yang berbasis pertanian di kawasan pendesaan. Dan industri yang bersangkutan pun dapat meningkatkan kapasitas produksi dari sekedar ekspor barang mentah, kini menjadi barang yang mempunyai nilai lebih.

Rully menambahkan bahwa pihaknya telah mencatat mengenai kontribusi ekspor, itu jauh lebih rendah bila dibandingkan kontribusi ekspor UMKM di Vietnam yaitu sebesar 20 %  dan juga Thailand sebesar 29,50 %. Sementara khusus untuk pertumbuhan industri mikro dan kecil sektor makanan hanya sebesar 3,92 % dan minuman 7,70%. Dan melalui diversifikasi produk pertanian, pertumbuhan industri pada kedua sektor tersebut dapat lebih meningkat terlebih jika dapat menembus pasar ekspor.

“Kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional masih rendah, hanya 15,8 persen atau sekitar 23 miliar dolar AS dari total ekspor barang nonmigas,” ujar Rully pada Rabu (7/8) dalam keterangan resminya.

Selain sektor makanan dan minuman, juga ada industri mikro dan kecil sektor fashion, usaha furnitur dan kerajinan, serta pariwisata yang dapat ditingkatkan. Rully mengungkapkan bahwa pihaknya mendorong optimalisasi ekspor untuk ke pasar nontradisional agar defisit neraca perdagangan dapat ditekankan secara maksimal.

Dan saat ini Indonesia memiliki 58 juta UMKM atau 99,8 % dari total unit usaha yang telah ada, namun UMKM masih memiliki kekurangan akibat adanya permasalahan biaya atau permodalan karena masih rendahnya kucuran dana kredit yang ditujukan untuk sektor-sektor UMKM.

Rully juga melanjutkan bahwa konsentrasi para pelaku ekonomi pada sektor UMKM tidak serta merta mengikuti dengan kucuran kredit yang mencukupi. Dari Rp 5.300 triliun total kredit yang telah dikeluarkan oleh bank umum di Indonesia pada tahun 2018, hanya kurang dari 20 % atau sekitar Rp 1.000 triliun yang ditujukan untuk UMKM.

“Ini adalah usaha-usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh para petani, nelayan di pelosok daerah, tukang sayur, di pasar tradisional dan semacamnya. Banyak di antara mereka yang belum memiliki akses pinjaman ke bank,” katanya.