Jakarta, MNEWS.co.id – Penyanyi Nadin Amizah kembali menghadirkan karya terbarunya dengan format mini album bertajuk “Kalah Bertaruh”.
Berbeda dengan sebelumnya, menuju mini album ini, Nadin menyajikan “Seperti Takdir Kita yang Tulis” sebagai lagu perkenalan pada Maret 2021. Selain melengkapi potongan kisah dan harapan yang Ia senandungkan di album sebelumnya, lagu ini merupakan jembatan menuju mini album “Kalah Bertaruh”. Album tersebut lahir sebagai kisah lanjutan dari “Taruh” pada album perdananya, “Selamat Ulang Tahun”.
Masih berkisah tentang cinta belia yang penuh harap beserta huru-hara di dalamnya, “Kalah Bertaruh” dapat dikatakan sebagai gerbong menuju dunia lain dari Nadin Amizah di masa lampau. Melalui dunianya, Ia membagikan kisah dari sebagian masa lalunya secara sukarela melalui nada-nada indah nan syahdu pada mini album terbarunya.
Dalam lagu ini, Nadin membagikan kisahnya dalam 5 babak melalui lagu-lagu yang disajikan, salah satunya “Sebuah Tarian yang Tak Kunjung Selesai” yang dijadikan sebagai lagu sorotan utamanya. Lagu ini menjadi salah satu sorotan karena mampu mengemas kisahnya secara utuh pada mini album.
“Karena di lagu ini, aku bisa menceritakan kisahku secara lengkap sebagai perempuan yang pernah kehilangan dan berproses dengan itu. Dan di album ini, aku hanya ingin didengar dengan baik melalui karyaku,” kata Nadin dikutip dari Antara.
Kali ini Nadin tidak hanya menulis kisahnya seorang diri, Ia menggandeng Kevin Rinaldi, dan musisi kolaborator dari album sebelumnya, yakni Ramadhan Zulqi (Syarikat Idola Remaja). Selain itu, Ia juga bekerja sama dengan Eky Rizkani (Reruntuh) sebagai produser, perancang, hingga proses produksi secara utuh dalam pengemasan karya terbarunya.
Pemilihan peran-peran dalam proses produksi mini album ini menjadi salah satu komponen terpenting untuknya pribadi. Sejak mini album ini terasa begitu dekat dengannya, Nadin menentukan pilihan hatinya untuk berkolaborasi dengan ketiganya dalam mewarnai babak pertaruhannya.
Ia mengatakan, mini album ini bukan sekadar roman picisan, tapi sebuah rangkuman proses seseorang dalam bertahan, memperjuangkan, melepaskan, hingga mengikhlaskan sesuatu yang bukan menjadi miliknya. Nadin tidak hanya membagikan kisahnya melalui lagu-lagu yang ia senandungkan, tetapi ia juga tengah berkisah melalui tematik visual dari mini albumnya (artwork). Jalan, kamar, dan mobil menjadi pilihannya dalam memvisualisasikan karyanya; intim dan personal, selayaknya sebuah hubungan.