Ilustrasi. (Foto: Pexels)
Ilustrasi. (Foto: Pexels)

Kupang, MNEWS.co.id – Pemerintah terus melakukan peningkatan produktivitas serta kualitas garam hasil dalam negeri agar dapat terserap sesuai kebutuhan dunia industri, maka dari itu diperlukan investasi untuk membangun ketahanan industri dan pangan nasional.

“Seperti yang disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo, bahwa kita memerlukan investasi yang cukup besar dalam upaya peningkatan kualitas garam lokal,” kata Airlangga Hartanto selaku Menteri Perindustrian melalui siaran Kemenperin pada Rabu (21/8).

Pada acara Panen Produksi Perdana Garam Premium yang diadakan di Kupang, Kepala Negara bersama dengan Menperin dan rombongan meninjau tambak garam yang ada di desa Nunkurus, Kupang, NTT. Kualitas garam yang ada di lokasi tersebut memiliki kualitas yang cukup baik untuk bisa digunakan oleh industri dan untuk lahan baru yang digarap dengan luas 10 hektare (ha) untuk produksi garam, dari potensi lahan yang tersedia mencapai 600 ha.

Sementara untuk wilayah Teluk Kupang memiliki lahan garam dengan seluas 7.700 ha dan sisanya telah tersebar di berbagai wilayah NTT diantaranya yaitu Kabupaten TTU, Malaka, Sabu Raijua, Rote Ndao dan Nagekeo. Secara keseluruhan potensi lahan tambang garam yang ada di NTT memiliki luas  60.000 ha dan paling sedikit 21.000 ha  yang dapat direalisasikan dalam waktu 2-3 tahun ke depan dan dapat memproduksi garam mencapai 2,6 juta ton per tahun.

Airlangga menjelaskan bahwa melalui investasi yang masuk akan terjadi sinergi antara sektor industri denga para petani garam dengan lahan garam desa Nunkurus, sudah masuk investasi sebesar Rp110 miliar dan tahun depan ditargetkan bisa tergarap hingga 600 ha.

“Langkah sinergi tersebut, tentunya akan meningkatkan kesejahteraan para petani garam dalam negeri, sekaligus guna menjamin ketersediaan garam sebagai bahan baku danM bahan penolong bagi sektor industri,” tuturnya. Upaya tersebut ini juga dibutuhkan melalui dukungan dari pemerintah daerah dan Airlangga juga optimis bahwa NTT memiliki potensi untuk menjadi produsen garam industri taraf nasional serta menjadi substitusi impor. “Dengan mengganti garam industri impor, pemerintah akan menghemat devisa,” jelasnya.

Dalam meningkatkan kualitas garam nasional harus diawali dengan proses hulu produksi garam oleh para petani salah satunya dengan menjaga konsistensi masa produksi garam hingga hasil yang optimal dengan kandungan NaCl untuk garam konsumsi minimal 94% dan garam industri 97%.

“Maka itu, perlu ada pemanfaatan teknologi modern sehingga bisa mencapai standar kualitas sesuai kebutuhan industri dan akan meningkatkan serapan garam lokal,” tuturnya.

Kadar NaCl yang tinggi juga harus memiliki impuritas dan cemaran logam yang rendah. “Di samping itu, pemerintah akan mendorong secara bertahap dalam upaya peningkatan kualitas garam, termasuk untuk tambahan ketersediaan lahan,” imbuhnya.