Jakarta, MNEWS.co.id – Bisnis kuliner selalu berkembang dan tak akan pernah berhenti. Setiap tahun selalu muncul peluang usaha baru yang diciptakan oleh para wirausahawan. Banyak orang memilih untuk terjun langsung mendalami usaha ini karena memiliki keuntungan besar.
Pada sisi lain ada sebagian orang yang menjadikan aktivitas berburu makanan sebagai hobi yang tak dapat ditinggalkan. Ada kepuasan tersendiri yang didapat ketika sudah mengecap sensasi kuliner unik.
Fenomena ini rupanya ditangkap oleh Yosi Novita pemilik usaha Yosiko asal Jakarta Selatan. Ia jeli melihat peluang makanan dan minuman sebagai potensi untuk berbisnis.
Yosi pada awalnya adalah seorang pekerja di salah satu Bank BUMN dan memilih pensiun dini hingga akhirnya terbesit untuk membangun usaha. Ia pun mulai berjualan kue yang sering dipesan oleh teman-temannya. Pada tahun 2015, Yosi pun mulai fokus dan serius membangun usaha yang dinamai Yosiko.
“Dalam perjalanan berikutnya saya mengikuti pelatihan PKP secara mandiri. Alhamdulillah kami bertemu dengan beberapa kenalan yang sudah aktif dalam Binaan Suku Dinas Perindustrian di Walikota Jakarta Selatan, kami dikenalkan dengan pembina di sana dan bergabung dalam binaan SUDIN Jakarta Selatan,” tambah Yosi.
Awal merintis usaha kuliner, Yosi membuat produk minuman kekinian yaitu Green Tea dan Thai Tea serta menambahkan menu lainnya yaitu kopi dan coklat. Sementara untuk menu makanan Yosi menjual mulai dari risol, pastel, marmer cake, kroket, karipap, spageti panggang (brulee), klapertar, siomay, dan aneka cookies.
Bahan baku yang digunakan diperoleh dari produk lokal dan import untuk menu Thai Tea dan Green Tea. Yosi sangat mengutamakan kualitas produk mulai dari bentuk, rasa, packaging, ketepatan waktu pengiriman menjadi hal yang penting baginya.
Tampilan Produk spageti panggang (brulee) Yosiko. (Foto: Yosiko)
Sementara untuk keamanan produk, Yosi juga memperhatikan dengan sangat penting terbukti dengan Ia mengikuti pelatihan Jaminan Mutu Keamanan Pangan (JMKP). Melalui pelatihan tersebut, Ia pun menerapkan untuk menjamin bahan baku mulai dari penyimpanan hingga proses produksi.
“Kami memiliki dapur produksi yang dilengkapi dengan lemari stainless untuk menyimpan bahan baku kering, dan freezer untuk menyimpan bahan baku beku. Begitu pula dengan chiller yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku yang bisa bertahan tidak lebih dari seminggu,” ujar Yosi.
Yosi menambahkan dalam membangun usaha ini, Ia mengalami berbagai hambatan dan kesulitan hingga bisa bertahan saat ini. Salah satunya adalah Yosi sempat mengalami musibah mengalami luka bakar akibat gas di dapur bocor. Saat itu Ia sedang membuat pesanan dalam jumlah yang banyak. Kejadian tersebut Ia alami pada September 2018 dan menyebabkan untuk menghentikan produksi selama 9 bulan.
“Tapi Alhamdulillah berkat motivasi dari keluarga, suami, anak, dan doktek yang menangani luka bakarnya, sehingga saya bisa kembali beroperasi dan bangkit untuk berjualan kembali dengan bantuan karyawan yang menginap di rumah,” ungkap Yosi.
Dalam menjualkan produknya, Yosi menggunakan strategi offline dan online. Sebelum masa pandemi, Ia bekerja sama dengan perkantoran, sekolah, hingga supermarket. Produk Yosiko menyuplai beberapa makanan dan snack ke PT Bank Mandiri, Sandro Coffee, PT Pertamina, dan beberapa supermarket. Namun di tengah masa pandemi, Ia harus berhenti menyuplai ke beberapa perkantoran dan supermarket untuk produk-produk Yosiko yang dibuat karena sistem konsinyasi membuat modal dalam usaha lama berputar
Oleh karena itu, saat ini Yosi fokus memasarkan melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, dan marketplace. Selain itu, Ia juga menerima pesanan dengan sistem pre order.
Di tengah masa pandemi, Yosi berharap ke depannya dapat mencari investor karena saat ini banyak konsumen yang ingin membeli langsung produknya tanpa harus pre-order. Ia juga memiliki keinginan untuk membuat outlet yang menyajikan jajanan pasar yang diminati oleh konsumen.