Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada pembukaan Pameran Industri Kosmetik dan Obat Tradisional di Jakarta, Rabu (3/7/2019). (Foto: Kemenperin)
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada pembukaan Pameran Industri Kosmetik dan Obat Tradisional di Jakarta, Rabu (3/7/2019). (Foto: Kemenperin)

Jakarta, MNEWS.co.id – Kementerian Perindustrian terus memacu industri kosmetik dan obat tradisional agar menjadi sektor andalan yang berkontribusi besar terhadap nilai ekspor nasional dan mampu melakukan substitusi impor. Langkah strategis ini diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara inklusif.

“Industri kosmetik dan jamu bisa menjadi ujung tombak yang baru bagi sektor manufaktur dan ekonomi nasional, karena terdiri dari multiplayer. Jadi, industri ini sifatnya inklusif atau banyak masyarakat yang bisa mengembangkannya,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada pembukaan Pameran Industri Kosmetik dan Obat Tradisional di Jakarta, Rabu (3/7).

Menperin mengungkapkan, postur skala industri kosmetik di Indonesia saat ini didominasi hingga 95 persen dari industri kecil dan menengah, sedangkan sisanya merupakan industri besar. Dari industri skala menengah dan besar ini, beberapa sudah mampu mengekspor produknya ke luar negeri seperti ke kawasan ASEAN, Afrika, dan Timur Tengah.

Dari sisi ekspor, penjualan produk kosmetik nasional mencapai USD556,36 juta pada tahun 2018, naik dibandingkan capaian pada tahun 2017 sebesar USD516,88 juta. “Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan daya saingindustri ini dengan menerbitkan kebijakan strategis yang dapat memperkuat struktur sektor tersebut,” tegasnya.

Menperin menjelaskan, pasar kosmetik dan obat tradisional di Indonesia merupakan salah satu ceruk yang cukup besar bagi para produsen seiring meningkatnya jumlah populasi penduduk. “Industri wellness ini merupakan sektor yang tumbuh dan berkembang seiring lifestyle masyarakat. Produk kosmetik, herbal, obat tradisional, dan farmasi ini pasarnya masih sangat luas,” tuturnya.

Apalagi, menurut Airlangga, peluang besar di pasar Indonesia tersebut karena juga adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang jumlah pesertanya melebihi 200 juta jiwa. “Ini tentunya kebutuhan yang cukup banyak, baik itu untuk perawatan maupun pengobatan. Apalagi, dengan didorong adanya obat pencegahan yang bisa membuka pasar untuk obat tradisional,” imbuhnya.

Selain itu, dengan perkembangan zaman, industri kosmetik juga berupaya melakukan inovasi pada produk kosmetik untuk pria dan anak, sehingga tidak hanya menyasar kaum wanita saja. “Bahkan, adanya tren masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature), membuka peluang bagi produk jamu dan kosmetik berbahan alami,” tuturnya.

Menperin menambahkan, dari aspek bahan baku, Indonesia punya keunggulan dari keanekaragaman hayati baik yang berasal dari darat maupun laut. Beberapa yang perlu dikembangkan, antara lain ganggang laut atau marine collagenyang potensial dikembangkan untuk pasar lokal dan global. Hal ini juga dapat mengurangi impor bahan baku.

“Oleh karena itu, sinergi dalam kegiatan penelitian dan pengembangan (R&D) di sektor industri kosmetik dan jamu dengan lembaga riset atau perguruan tinggi, merupakan langkah strategis yang perlu dijalankan,” ujarnya. Kemenperin juga punya balai-balai yang bisa dimanfaatkan untuk mencari berbagai rasa atau khasiat dari tanaman dan buah tropis khas Nusantara. 

Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar yang mewakiliDirektur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin menyampaikan, pihaknya aktif memfasilitasi para pelaku industri kosmetik dan obat tradisional untuk berpromosi melalui kegiatan pameran. “Pada tahun ini, pameran diikuti sebanyak 46 peserta, yang terdiri dari 15 perusahaan obat tradisional dan 30 perusahaan kosmetik. Ada juga partisipasi Balai Besar Industri Kimia (BBKK),” ungkapnya.

Menurut Haris, tujuan diselenggarakannya Pameran Industri Kosmetik dan Obat Tradisional yang digelar setiap tahun ini adalah untuk mempromosikan industri kosmetik dan obat tradisional dalam negeri yang telah mampu memproduksi dengan kualitas baik sesuai standar cara memproduksi obat, kosmetik dan obat tradisional yang baik dan tidak kalah dengan produk impor.

“Industri kosmetik dan obat tradisional perlu untuk terus meningkatkan branding atau promosi untuk lebih memperkenalkan produk kosmetik dan obat tradisional lokal yang mampu kompetitif dengan produk impor,” paparnya.

Pameran Industri Kosmetik dan Obat Tradisional 2019 diselenggarakan selama empat hari, mulai tanggal 2 Juli sampai 5 Juli 2019. Selain menampilkan beragam produk kosmetik dan obat tradisional, juga akan diisi dengan kursus kecantikan (beauty class) secara gratis oleh beberapa perusahaan kosmetik.