Suasana Seminar Nasional bertemakan Pengembangan Ekonomi Masyarakat Jabar Selatan, di Grand Inna Beach Samudera Hotel, Pelabuhan Ratu, Jabar. (Foto: Kemenkop UKM)
Suasana Seminar Nasional bertemakan Pengembangan Ekonomi Masyarakat Jabar Selatan, di Grand Inna Beach Samudera Hotel, Pelabuhan Ratu, Jabar. (Foto: Kemenkop UKM)

Bandung, MNEWS.co.id – Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Rully Indrawan mengatakan, saat ini masih terjadi ketimpangan yang luar biasa di Selatan Jawa Barat. Kondisi tersebut, dinilai cukup memprihatinkan bila dibandingkan dengan kondisi di Jawa Barat Utara.

Angka kemiskinan di Selatan Jawa Barat, juga terbilang cukup tinggi dibandingkan di Utara, Jawa Barat. Tidak heran bila Selatan Jawa Barat menjadi fokus utama Pemerintah Daerah Jawa Barat dalam mengentaskan persoalan tersebut.

Menurut Rully, persoalan itu sesungguhnya bisa diatasi melalui kebijakan. Sayangnya, kata dia, hingga saat ini kebijakan tersebut dinilai masih belum berpihak kepada sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Menurutnya bila dibandingkan dengan negara lain, seperti di Jepang, Singapura, atau di Korea,  UMKM memiliki kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan perekonomian negaranya. Ia menambahkan semua itu merupakan persoalan UMKM yang dihadapi saat ini, tidak hanya terjadi di Jawa Barat, tapi persoalan hampir sama juga dihadapi di seluruh Indonesia. Terutama menyangkut birokrasi, bukan infrastruktur, khususnya terkait masalah perizinan.

Rully berharap selanjutnya pengurusan perizinan tidak perlu memakan waktu lama, dan yang terpenting tidak dipungut biaya alias gratis. Sebab, kata Rully, bila ingin menunjukkan mengembangkan UMKM di Indonesia, perlu difasilitasi seperti itu.

Pada kesempatan tersebut, Rully juga menjawab sejumlah pertanyaan dari peserta seminar terkait upaya pemerintah, dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM dalam pengambangan koperasi dan UMKM, khususnya di Jawa Barat.

Rully menambahkan seiring dengan era revolusi industri 4.0 saat ini, muncul tren ekonomi kolaborasi atau ekonomi berbagi, dimana melibatkan banyak pihak yang mendapatkan manfaat dari suatu kegiatan ekonomi.

Menurutnya, dunia yang berubah dan penuh dengan disrupsi ini, harus direspon dengan berbeda. Sepuluh tahun lalu, katanya, tak pernah terbayang profesi tukang ojek semenarik hari ini. Juga tak pernah terbayang bila istilah driver memiliki konotasi yang positif daripada sopir zaman dulu.

“Aplikasi sharing economy telah merubahnya. GoJek, Grab, Uber lahir dan hal-hal yang tak terbayangkan itu menjadi nyata di depan mata. Dulu mencari informasi hotel yang sesuai dengan budget harus kita lakukan dengan telpon sana sini. Dunia berubah dan menawarkan website untuk setiap hotel,” kata Rully.