Ilustrasi 1st China International Import Expo (CIIE). Foto: (doc/Ausmate)
Ilustrasi 1st China International Import Expo (CIIE). Foto: (doc/Ausmate)

Jakarta, MNEWS.co.id – Peningkatan kualitas produk lokal Indonesia khususnya produk-produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terus dilakukan. Salah satunya, membuka akses jalan untuk impor produk ke negara-negara dengan demand terbesar. 

Upaya mengejar target peningkatan ekspor nasional pada 2018 sebesar 11 persen terus digencarkan Kementerian Perdagangan. Kali ini Kemendag akan berpartisipasi pada the 1st China International Import Expo (CIIE) yang merupakan pameran importir terbesar di dunia. Pameran ini dijadwalkan berlangsung di National Exhibition and Convention Center, Shanghai, China, pada 5—10 November 2018.

“Dengan populasi terbesar di dunia dan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, China telah memasuki tahap perkembangan baru dengan jumlah konsumen yang terus meningkat. Pasar China ini tentu menjadi potensi besar yang harus dimanfaatkan untuk pertumbuhan konsumsi dan produk impor dari Indonesia,” ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam siaran tertulis yang diterima MNEWS pada Jumat, (2/11/18).

Dalam lima tahun ke depan, diperkirakan China akan mengimpor produk dan jasa bernilai lebih dari USD 10 triliun dari dunia. Untuk itu, Delegasi Indonesia yang akan dipimpin Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan berkomitmen memaksimalkan partisipasi Indonesia pada momentum CIIE ini.

Indonesia akan berpartisipasi dengan menghadirkan dua Paviliun Indonesia, masing-masing di arena paviliun negara (Country Pavillion) seluas 256 m2 dan di arena pameran pelaku usaha dan bisnis (Enterprise and Business Exhibition) seluas 290 m2. Kehadiran Paviliun Indonesia berdampingan dengan Paviliun China di arena Country Pavillion nomor A-07, Hall 5.2 adalah sebagai Guest Country of Honor yang diinisiasi oleh Pemerintah China.

“Menjadi Guest Country of Honor merupakan kesempatan berharga untuk Indonesia karena berarti Indonesia dinilai telah siap sebagai mitra global China untuk memenuhi permintaan impor China. Berdasarkan hal itu, Indonesia pun memilih tema ‘Global Partner for Sustainable Resources’ untuk Paviliun Indonesia,” pungkas Enggar.

Sedangkan, pada arena Enterprise and Business Exhibition yang terdiri dari enam zona, Paviliun Indonesia menempati zona food and agricultural products yang berlokasi di Hall 7, 2C4-02. Paviliun Indonesia tersebut akan diisi oleh 32 perusahaan dan tiga asosiasi dengan produk-produk yang ditampilkan antara lain yaitu produk makanan dan minuman, produk kesehatan, sarang burung walet, serta minyak sawit dan turunannya. Adapun konsep desain Paviliun Indonesia akan bersinergi dan merupakan satu rangkaian dengan kegiatan World Expo 2020 Dubai.

“China masih merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia selain Amerika Serikat (AS), Jepang, India, dan Singapura. Dengan semakin liberalnya pasar China dan perang dagang dengan AS, Indonesia harus merebut pangsa pasar dengan menggencarkan diversifikasi produk ekspor Indonesia, di samping juga tetap memperkuat pangsa produk ekspor utama Indonesia seperti minyak kelapa sawit mentah dan turunannya,” jelas Enggar.

Untuk itu, Enggar mengharapkan partisipasi 32 perusahaan Indonesia di CIIE dapat menggaet lebih banyak potensi bisnis, baik dengan China maupun dengan negara-negara lain peserta pameran. Pada sela-sela pameran, Delegasi Indonesia juga akan melangsungkan kegiatan Forum Bisnis yang juga bertemakan “Global Partner for Sustainable Resources” dan business matching. Peserta Forum Bisnis berasal dari kalangan pejabat dan tokoh masyarakat China, pelaku usaha, asosiasi dari Indonesia, 32 peserta pameran dari Indonesia, serta beberapa perusahaan dan instansi dari Indonesia. Pelaksanaan Forum Bisnis dijadwalkan berlangsung di Hotel Marriott Hongqiao, Shanghai, pada Selasa (6/11).

Sementara itu, kegiatan business matching akan menghadirkan perusahaan Indonesia peserta CIIE dan perusahaan lain dengan sektor utama produk makanan dan minuman, produk kesehatan, sarang burung, minyak sawit dan turunannya, biodiesel, mebel, kertas, biji plastik daur ulang, dan jasa tur dan perjalanan. Mendag juga dijadwakan melaksanakan beberapa pertemuan bilateral dengan negara mitra potensial.

Sumber: Kemendag