Industri Pertanian Alami Tren Pertumbuhan Positif, Startup Agritech Diperkirakan Bakal Menjamur
Industri Pertanian Alami Tren Pertumbuhan Positif, Startup Agritech Diperkirakan Bakal Menjamur (Foto: freepik.com/jcomp)

Jakarta, MNEWS.co.id – Industri pertanian Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan yang positif meskipun pandemi COVID-29 masih merebak selama hampir dua tahun terakhir ini.

Hal tersebut tercermin dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut produk domestik bruto (PDB) pertanian pada kuartal IV 2020 tumbuh sebesar 2,59% secara tahunan (year on year/yoy). Serapan tenaga kerja di sektor pertanian juga berhasil terjaga di 29,5% per Februari 2021, bahkan meningkat 0,36% dari tahun sebelumnya.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan, tren tersebut akan terus berlanjut hingga tahun 2023. Bahkan, ia meramal bakal terjadi peningkatan permintaan yang sangat signifikan ketika pandemi dapat ditangani.

Besarnya potensi itu akan diperebutkan oleh para pengusaha untuk mengembangkan bisnis, khususnya perusahaan rintisan berbasis teknologi di bidang pertanian atau startup agritech.

“Saya melihat di level hulu saja beberapa pemain yang harus melakukan digitalisasi, jadi mereka punya mapping, lahan, hingga kebutuhan pupuk yang pas seperti apa. Itu, kan, semua teknologinya available. Lalu, ada juga yang bermain di level mikro dia masuk ke petani misalnya, itu gampang. Hal yang sederhana selama ini menjadi masalah adalah harga jual produk pertaniannya masih sulit untuk seimbang dengan harga produksi di beberapa tempat,” kata Bhima dalam dialog daring di Jakarta beberapa waktu yang lalu.

Potensi menjamurnya agriculture technology (agritech) startup diperluas dengan masih banyaknya petani yang belum mendapatkan akses permodalan dari perbankan maupun lembaga keuangan resmi lainnya. Sehingga, kondisi ini bisa melahirkan financial technology (fintech) khusus agrikultur.

Tak hanya itu, dari sisi proses penanaman, Bhima menyebut industri pertanian bisa menjadi peluang. Para pengusaha dapat menciptakan teknologi yang terkait dengan pengaturan pupuk atau air hanya melalui layanan aplikasi pada smartphone.

Dia bilang teknologi seperti ini telah diadopsi oleh beberapa negara. Hasilnya, menunjukkan tren positif yang mampu meningkatkan produktivitas dan meringankan beban kerja petani dalam menggarap lahan.

“Petani itu kadang-kadang tidak bisa pergi dari rumahnya karena takut besok bisa jadi cuaca berubah, ada hama dan mengancam hasil panen. Sekarang, ada beberapa produk aplikasi pertanian sehingga petani bisa tidur nyenyak karena ditinggal, tapi smartphone dibawa, sehingga semuanya bisa di-set up,” tutur Bhima.