Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam pembukaan Halal Lifestyle Conference and Business Forum 2018 di JCC, Kamis (4/10/18). Foto: (doc/MNEWS)
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam pembukaan Halal Lifestyle Conference and Business Forum 2018 di JCC, Kamis (4/10/18). Foto: (doc/MNEWS)

Jakarta, MNEWS.co.id – Tren global yang tengah berkembang saat ini menunjukkan peningkatan tren gaya hidup halal, khususnya produk-produk halal yang beredar di pasaran. Potensi industri halal di Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia, dinilai sangat besar.

Berdasarkan data dari Global Islamic Economic Report 2017-2018, Indonesia menduduki peringkat ke-11 dalam indikator ekonomi islam, masih kalah dengan Malaysia yang menduduki peringkat pertama. Namun, seiring dengan perkembangan revolusi industri 4.0 dan IoT (Internet of Things), posisi Indonesia masih bisa berubah mengikuti perkembangan ekonomi global.

Industri halal dalam hal ini, diharapkan menjadi sumber peningkatan ekonomi baru, mengikuti energi perkembangan tren gaya hidup halal. Inilah yang melatarbelakangi penyelenggaraan Halal Lifestyle Conference and Business Forum 2018, pada 3-4 Oktober 2018.

Sapta Nirwandar, Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center, mengungkapkan inisiasi di balik acara ini. Menurutnya, menghadapi era teknologi 4.0 ini, ada peluang besar yang harus dimanfaatkan. Industri halal dinilainya telah mengglobal.

“Kita sekarang menghadapi era teknologi 4.0, revolusi internet. Kita butuh untuk menyuburkan ekosistem ekonomi halal ini,” tandasnya di acara pembukaan Halal Lifestyle Conference and Business Forum 2018, pada Kamis, (3/10/18) di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan.

Senada dengan Sapta, Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia (Bappenas) mengatakan, gaya hidup halal yang tengah mengglobal ini tidak hanya soal tren dan teknologi, tetapi juga industri hospitality yang harus ditingkatkan.

“Menghadapi global islamic economy, Indonesia akan memegang peran penting. Gaya hidup halal bisa dibagi menjadi beberapa sektor, seperti makanan, kosmetik, fashion, termasuk pariwisata. Dengan total aset finance Islamic mencapai USD 2,2 Triliun, Indonesia menjadi tokoh sentral strategis di sektor ekonomi islam yang dapat turut menopang perekonomian nasional,” jelas Bambang.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, menyatakan komitmennya untuk menangkap peluang halal economic finance ini. Ia mengatakan, peluang ekonomi ini tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat Muslim, tetapi juga non-Muslim akan turut merasakan manfaatnya.

Halal economy tidak hanya praktik di islam tetapi juga menjadi bagian dari masyarakat lainnya. Halal economic finance jadi manfaat buat umat. Apa yang harus kita lakukan dalam menangkap peluang ini? Tentu saja komitmen,” tandas Perry.

Nantinya, dalam rangkaian acara Halal Lifestyle Conference and Business Forum 2018 ini, akan ada pembahasan menarik seputar gaya hidup halal global dan potensi pasar yang tengah berkembang, industri teknologi dan pariwisata, juga pelayanan digital.

Menghadirkan berbagai narasumber kompeten dari berbagai instansi nasional terkait seperti Badan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perdagangan, LPPOM MUI, dan sejumlah praktisi, forum ini juga akan menyelenggarakan business coaching terkait sertifikasi halal, pasar global, branding dan marketing, fintech, marketplace dan lainnya.

Ada pula beberapa narasumber internasional seperti Rafi-uddin Shikoh, CEO of Dinar Standard, UAE, Saeed Mubarak Kharbash Al Marr, Deputy CEO Strategy and Planning Dubai Islamic Economic Development Centre, Irwandi Jaswir Dekan dari International Islamic University Malaysia (IIUM), Pradon Sureephong, asisten direktur The Halal Science Chulalangkorn University Thailand, dan masih banyak lagi.