Sesi diskusi Gelora Wirausaha Nasional: GO MODERN & GO GLOBAL di Classrom A, Jakarta Creative Hub, Senin (4/3/2019). Foto: (doc/MNEWS).
Sesi diskusi Gelora Wirausaha Nasional: GO MODERN & GO GLOBAL di Classrom A, Jakarta Creative Hub, Senin (4/3/2019). Foto: (doc/MNEWS).

Jakarta, MNEWS.co.id – Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tentu tidak mau jika usahanya stagnan dan biasa-biasa saja kan? Ternyata, ada beberapa hal yang harus diperhatikan supaya usaha yang dijalankan bisa semakin modern, global, dan mendigital. Apa saja?

Pertama, kita harus mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pelanggan. Menyesuaikan kebutuhan pelanggan akan membuat produk kita semakin diminati dan mendapat tempat khusus, sebelum memperluas pasar.

General Manager Kaizen, Jason Budiarto, bercerita bagaimana awal mula Kaizen 10 Minutes Haircut berdiri. Brand lokal dengan konsep Jepang yang mengglobal ini mengedepankan pelayanan potong rambut yang singkat, cepat, ekonomis dan juga higienis.

Kaizen bermula dari kegelisahan owner yang ingin memotong rambut, tapi tidak nyaman dengan konsep potong rambut di barbershop atau salon yang cenderung memakan waktu. Bahkan, peralatan yang digunakan untuk memotong rambut juga tidak bersih dan ada kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri. Kaizen pun hadir dengan inovasi memvakum sisa-sisa rambut dengan alat penyedot khusus, bukan dicuci dengan air seperti di pangkas rambut biasa.

“Pengalaman dari Kaizen adalah cepat. Kemudian diferensiasi lain adalah kebersihan, sangat diutamakan. Kalau di salon lain pakai handuk, tetapi di Kaizen kita menggunakan tisu leher yang disposable. Peralatannya pun disterilkan dulu sehingga kuman-kumannya mati. Kita sangat higienis, tidak menggunakan air untuk mencuci rambut, melainkan menggunakan vakum/penyedot untuk membersihkan sisa-sisa rambut,” tutur Jason dalam sesi diskusi Gelora Wirausaha Nasional: GO MODERN & GO GLOBAL yang diadakan oleh Komunitas Sahabat UMKM di Classrom A, Jakarta Creative Hub, Senin (4/3/2019).

Dari ceritanya, Jason mengutarakan bahwa Kaizen hadir untuk menjawab keinginan serta kebutuhan orang yang ingin potong rambut, untuk bisa memperoleh hasil potong rambut yang memuaskan dalam waktu yang singkat, dan harga yang tentu saja terjangkau. Untuk bisa memahami keinginan pelanggan, pelaku usaha harus tahu betul seluk-beluk produknya dan menyesuaikan dengan celah kebutuhan yang ada.

“Bagaimana sih kita mengglobalkan produk unggulan di pasar yang ada? Pertama, kita harus tahu apa yang diinginkan customer kita. Di Indonesia, orang sudah mulai menghargai efisiensi waktu. Kita harus tahu dulu, kebutuhan customer apa. Hal itulah menurut kami penting, untuk diberikan kepada customer,” imbuhnya.

Kaizen memberikan jasa potong rambut untuk pria, wanita, dan anak-anak. Target umurnya dari balita hingga dewasa. Seperti umumnya UMKM, Kaizen pun memulai langkahnya dari kecil dengan budget terbatas. Baru pada tahun 2016 setelah mantap melebarkan sayap dengan franchise, Kaizen melakukan rebranding.

Apabila pelaku UMKM ingin membuka franchise, tambah Jason, pastikan dulu produk yang ditawarkan memiliki keunggulan tersendiri yang tidak dimiliki oleh produk lain, misalnya keunikan dan kualitas yang spesifik.

Selain itu, pelaku UMKM juga harus memperhatikan pencatatan keuangan atau arus kas yang dijalankan. Jangan sampai, laba ruginya ada yang terlewat karena tidak teliti dalam mencatat. Pencatatan secara manual kerap tidak terdokumentasi, itu sebabnya butuh teknologi digital untuk merapikan catatan keuangan.

MSM Founder & CEO KENDI, Pietra Sarosa RFA mengatakan, platform keuangan digital Kendi digagas untuk membantu UMKM agar bisa merapikan pencatatan keuangannya secara mudah. Cukup dengan aplikasi Kendi yang bisa diunduh di Google Playstore, pelaku UMKM bisa menggunakan sistem yang mirip dengan mesin kasir.

“Dari tahun 2004 kami bergerak di bidang konsultasi UKM dan franchise untuk bisnis UKM. UMKM di Indonesia ini ada sekitar 69 juta. Kalau saya sendiri yang melayani konsultasi itu ngga bakal habis,” tandasnya sambil tertawa.

Sebab, ternyata hanya 8 persen UMKM yang sudah menggunakan teknologi digital. Itu sebabnya Kendi hadir untuk menjadi solusi menggabungkan akses literasi keuangan dengan akses permodalan.

“Kita bikin solusi yang memudahkan, yaitu dengan mencatat transaksi, cukup di handphone. Untuk memperoleh record transaksinya. Caranya gampang, difungsikan seperti mesin kasir,” pungkas Pietra.

Dengan menjaga kualitas produk dan inovasi brand, serta membuat catatan keuangan yang rapi, pelaku UMKM bisa terus melaju ke ranah global, bahkan bisa mengembangkan usahanya menjadi bisnis franchise hingga ke mancanegara. Semua itu dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten dalam menerapkan ilmu kewirausahaan.

Julian Andrio dari Komunitas Sahabat UMKM berharap para pelaku UMKM yang tergabung di sini bisa memperoleh ilmu baru untuk diterapkan di bisnisnya masing-masing.

“Mari kita jadikan sebuah wadah berinteraksi semua pelaku UMKM yang ada di Indonesia. Diharapkan kita bisa menambah wawasan dan menjadi pengusaha yang terdidik,” pungkasnya.