Penyelenggaraan balap motor World Superbike (SBK) Indonesian Round 2022 pada 11-13 November lalu di Pertamina Mandalika International Circuit, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), telah menjadi event yang memberikan dampak positif bagi masyarakat NTB. (Foto: Dok/ITDC)

MNEWS.co.id – Kembali bangkitnya perhelatan acara di Indonesia perlu dibarengi oleh perbaikan ekosistem industri penyelenggaraan event dengan langkah kolaboratif bersama seluruh stakeholder.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo dalam acara “Indonesia Event Management Summit (IVES) 2023 yang berlangsung di Jakarta Convention Center, Rabu (22/2/2023).

Angela mengatakan jika perbaikan ekosistem ini diperlukan untuk menghadirkan penyelenggaraan event yang berkualitas. Karena dampak yang diberikan dari industri penyelenggaraan event sangat dirasakan oleh masyarakat baik secara ekonomi maupun penciptaan lapangan pekerjaan. 

Sebagai contoh penyelenggaraan MotoGP yang digelar di Mandalika beberapa waktu lalu. Dari satu event tersebut dapat menghasilkan nilai tambah ekonomi diatas Rp4,5 triliun.

Juga event F12HO yang akan diselenggarakan di Danau Toba, Sumatra Utara, mendorong pengembangan infrastruktur hingga kesadaran masyarakat untuk memperbaiki kulitas dari bisnis mereka demi menyambut kehadiran wisatawan yang berpartisipasi dalam F1H20.

Karenanya, sejumlah perbaikan ekosistem industri penyelenggaraan event perlu digarap. Terutama dalam hal perizinan berbasis digital atau elektronik.

Angela berharap, perizinan digital dapat memberikan kemudahan bagi pelaku industri, supaya semakin transparan dan akuntabel.

“Sebuah komitmen dari kami, juga arahan dari Presiden Joko Widodo bahwa kita harus mengaplikasikan digitalisasi perizinan event kedepan. Sehingga kawan-kawan penyelenggara juga mempunyai kepastian kedepannya ketika mereka merencanakan suatu event. Karena merencanakan event butuh waktu,” ujarnya dikutip MNEWS.co.id dari siaran pers Kemenparekraf.

Selain perizinan, Angela juga berharap agar standar penyelenggaraan event lebih tertata di masa mendatang. Ini dikarenakan revenue atau pendapatan dari event musik Indonesia masih di bawah Singapura apalagi Australia. Padahal populasi Indonesia lebih besar dari kedua negara tersebut.

Berdasarkan data yang disampaikan Wamenparekraf, revenue event musik dari tiket online untuk Indonesia baru mencapai 43 juta dolar AS. Sementara, Singapura berhasil meraih 63 juta dolar AS, dan Australia sebesar 535 juta dolar AS.

Angka ini menjadi dorongan dan motivasi bagi para pemangku kepentingan terkait untuk bisa menghadirkan standar penyelenggaraan event yang lebih baik ke depannya.

Angela berharap ekosistem industri penyelenggaraan event di Indonesia memiliki standardisasi dari segi kualitas dan keamanan yang sama, tidak hanya bagi yang di mana semua para pelaku event di kota besar, tapi juga di daerah-daerah.

“Dan saya titip buatlah standar yang inklusif. Sehingga kita mampu mendorong pertumbuhan banyaknya penyelenggaraan event khususnya di berbagai daerah. Karena saya yakin dengan adanya berbagai event, ada pemerataan ekonomi ke daerah-daerah tersebut,” pungkasnya.