Produk Siomay. (Foto: Shutterstock)

Jakarta, MNEWS.co.id – Siomay ikan merupakan kuliner yang sudah akrab di lidah masyarakat Indonesia. Selain sebagai camilan favorit, siomay juga mudah untuk dijumpai dan bahan baku untuk membuat siomay pun sangat mudah didapatkan.

Oleh karena itu, banyak sekali yang telah memulai bisnis siomay ini lantaran sangat disukai banyak masyarakat dari semua kalangan. Salah satunya adalah Dewi Isabella yang merintis usaha Siomay Chipsy sejak tahun 2003.

Usaha ini dimulai karena rasa prihatin Dewi atas banyaknya jajanan anak yang tidak sehat untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, timbul niatnya untuk menyajikan jajanan sehat tanpa adanya zat kimia terlarang. Selain itu, Ia juga ingin membuat masyarakat gemar untuk makan ikan karena mengandung Omega 3 yang baik untuk kesehatan.

“Melalui usaha siomay ini, saya ingin menyajikan salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia dalam bentuk, rasa, penyajian, dan kandungan makanan yang lebih baik serta menciptakan salah satu siomay terbaik di Indonesia,” ujar Dewi kepada M-News.

Yang membedakan produk Siomay Chipsy dengan kompetitor adalah penggunaan ikan tenggiri tanpa adanya tambahan bahan pengawet, pengenyal, serta bahan pemutih. Sehingga para pelanggan bisa merasakan sendiri kelezatan ikan tenggiri yang langsung didapatkan dari nelayan. Sementara untuk bahan pelengkap, Dewi selalu menggunakan bahan baku dengan kualitas terbaik agar kondisinya tetap segar saat diolah dan dikonsumsi.

Tampilan produk Siomay Chipsy. (Foto: Siomay Chipsy)

Untuk kualitas bahan baku produk, pihaknya selalu menjaga dengan melakukan pengecekan secara berkala. Mulai dari bagian pembelian, penyimpanan bahan baku, proses produksi, persiapan produk, dan pengiriman produk. Sedangkan untuk menjaga kualitas hasil produk, setiap selesai proses pengolahan akan dilakukan test food yang meliputi volume, rasa, dan bentuk produk.

Dengan modal awal sebesar Rp2.500.000,- yang digunakan untuk membeli alat masak dan belanja bahan baku, Dewi memulai usaha Siomay Chipsy yang diproduksi di rumah.

“Awal usaha berlokasi di rumah. Setelah berkembang, kami memiliki kios dan setelah mendapat pembinaan dari PT Kimia Farma Tbk. melalui program Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sejak tahun 2006, kami memindahkan lokasi usaha ke sebuah bangunan ruko sejak 2013,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, karena mengedepankan kualitas standar keamanan dan kebersihan produk, Siomay Chipsy telah  diakui oleh pemerintah dengan mendapatkan anugerah Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) pada tahun 2014 oleh Presiden Joko Widodo. Selain itu, Siomay Chipsy juga memperoleh Penghargaan Adibhakti Mina Bahari pada tahun 2014 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pujihastuti.

Memasuki masa pandemi, Dewi mengakui usahanya cukup terkena dampak yang signifikan. Mulai dari pengurangan karyawan, penurunan omzet, jumlah produksi yang berkurang, hingga daya beli masyarakat yang menurun.

Untuk mengatasi hal tersebut, Ia pun semakin meningkatkan pelayanan salah satunya dengan melakukan inovasi membuat berbagai macam produk frozen. Hal ini bertujuan agar produknya dapat menjangkau konsumen lebih luas lagi.

Dari segi pemasaran, saat ini Dewi fokus untuk mempromosikan produknya melalui media sosial Instagram, marketplace, hingga website. Ia juga memanfaatkan strategi word of mouth yang menurutnya merupakan strategi yang paling efektif dan menjadi target utama dalam pelayanannya. Ke depannya, Dewi berharap dapat memperluas lini penjualan produk frozen dan dapat membuka beberapa cabang baik di mal ataupun restoran jika masa pandemi telah berakhir. Ia juga berencana ingin membuka usaha baru yang dapat menjangkau konsumen lebih luas dengan harga terjangkau.