Poster Film ‘Perempuan Tanah Jahanam’ (Foto: Kumparan)
Poster Film ‘Perempuan Tanah Jahanam’ (Foto: Kumparan)

Jakarta, MNEWS.co.id – Perempuan Tanah Jahanam merupakan film horor terbaru garapan Joko Anwar. Setelah berhasil mendatangkan empat juta penonton ke bioskop dengan film Pengabdi Setan, Joko kembali dengan film horor yang disebut-sebut lebih menyeramkan dari film prekuel Pengabdi Setan.

Film yang sudah resmi rilis pada 17 Oktober 2019 ini bercerita tentang Maya yang diperankan Tara Basro hidup susah di Jakarta tanpa keluarga, Ia hanya memiliki sahabatnya yaitu Dini. Karena sudah kehabisan uang di kota, Dini kembali ke kampung halamannya dengan harapan bisa memiliki warisan dari keluarganya yang kaya di desa. Sesampainya di desa, Maya dan Dini disambut dan siap dijadikan tumbal untuk menghentikan kutukan di desa terpencil tersebut. 

Film yang sebelumnya berjudul Impetigore ini sudah intense sejak awal, sepertinya Joko tak ingin membiarkan penontonnya bernafas terlebih dahulu. Adegan pembuka saja, sudah dibuat menegangkan dan menakutkan. Hal tersebut membuat Anda sebagai penonton selalu waspada di setiap adegannya.

Joko menggunakan formula film horor zaman dahulu di Perempuan Tanah Jahanam, namun dirinya berhasil menampilkannya dengan luar biasa tanpa terkesan ketinggalan zaman. Alur di dalam film pun dibentuk dengan profesional dan dipersiapkan dengan matang, tak ada properti dalam film yang terlihat aneh dan tidak cocok dengan kondisi kampung. Tampilan desa Harjosari yang menjadi kampung halaman Maya saja sudah menyeramkan tanpa perlu ditambahkan efek tertentu.

Akting para pemeran pun sangat luar biasa, apalagi Christine Hakim yang tak pernah main film horor sebelumnya. Walau tak banyak ekspresi, Chistine Hakim justru jadi pemeran yang paling seram karena paling berpengaruh. Gerakan jalannya saja sudah membuat bulu kuduk bergidik. Yang buat film ini makin spesial adalah kehadiran pemain ekstra yang diambil dari kampung asli tersebut.

Kehadiran warga di Desa Harjosari membuat cerita makin menyeramkan, peran mereka luar biasa dan patut diapresiasi. Namun sayangnya, beberapa artikulasi atau pengucapan para pemain tidak terdengar jelas. 

Film ini diberikan batasan usia 17 tahun ke atas karena banyak adegan berdarah. Anda yang tak suka darah, lebih baik mundur karena mungkin akan membuat mual. Adegan kekerasan atau gore diperlihatkan dengan jelas. Walaupun begitu, adegan sadis dalam film ini masih dalam tahap wajar tak terlalu liar.

Unsur menyeramkan dalam film ini bukan hanya adegan sadisnya, namun juga beberapa kemunculan sosok sebenarnya tidak begitu menyeramkan. Joko tak menggunakan sosok tersebut untuk jump scare, ia justru membangun unsur kengerian dari suasana, dialog, musik, dan peran para tokoh. Betul jika dikatakan Jokan menggunakan trik jump scare sebagai lelucon. Pasalnya dibandingkan adegan jump scare yang muncul, ada adegan lain yang lebih menyeramkan.