Ilustrasi pelaku UMKM sektor usaha kerajinan. (Foto: Fahruddin Fitriya)
Ilustrasi pelaku UMKM sektor usaha kerajinan. (Foto: Fahruddin Fitriya)

Jakarta, MNEWS.co.id – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan, jumlah pengusaha Indonesia, 99 persennya merupakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); dan 98 persen dari pelaku UMKM tersebut masih berskala mikro.

“Kalau kita lihat struktur seperti ini bagi kami tidak terlalu menggembirakan sebenarnya. Kami memang meminta DPR untuk melihat kembali cara menghitung UMKM ini, karena kalau kita lihat yang mikro omzetnya 20 juta, 50 juta atau maksimum 300 juta itu yang paling besar, hampir 98 persen atau 63 juta,” jelasnya saat rapat bersama komite 4 DPD RI, di Jakarta, Selasa (14/1/20).

Menurutnya, 99 persen pelaku usaha UMKM memiliki kontribusi pada PDB sebesar 60,34 persen. Sementara, penyerapan tenaga kerjanya sebesar 97 persen.

“Di kita (Indonesia) UMKM-nya lebih dari 99 persen, dan usaha besarnya memang 0,01 persen, jadi di kita itu usaha besarnya kecil. Tapi jika dilihat dari rasionya maka yang 0,01 persen dilihat dari kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) memang cukup besar,” jelasnya.

Maka dari itu, dalam upaya menggenjot UMKM, Kementerian Koperasi dan UKM diminta presiden untuk memodernisasi koperasi. Harapannya koperasi bisa menjadi tulang punggung perekonomian Tanah Air.

“Kami diminta oleh presiden untuk melakukan modernisasi koperasi. Koperasi-koperasi kita sudah lama, mengharapkan koperasi kita menjadi tulang punggung ekonomi, kenyataannya saya kira sampai sekarang belum semuanya,” ungkap Menteri Teten.

Presiden, lanjut Menteri Teten, meminta modernisasi koperasi dilakukan dengan dua cara. “Satu ada manajemen yang kuat dan profesional, dan kedua mulai menerapkan teknologi tinggi supaya koperasi juga bisa tumbuh, tidak terhalang oleh berbagai persyaratan birokrasi,” jelasnya.

Pemerintah juga akan belajar dari pengalaman negara-negara lain yang sistem koperasinya berhasil. “Pengembangan koperasi ke depan, ini UMKM akan dilakukan dengan pendekatan komunitas, kelompok atau berdasarkan sentra produksi,” jelasnya.