Karya M. Yasir (2018) “Cahaya Nusantara”, kopi dan akrilik pada kanvas 100 x 150 cm. Foto: (doc/GNI)
Karya M. Yasir (2018) “Cahaya Nusantara”, kopi dan akrilik pada kanvas 100 x 150 cm. Foto: (doc/GNI)
Caption

Jakarta, MNEWS.co.id – Galeri Nasional Indonesia kembali menggelar safari seni rupa, kali ini di negeri Serambi Mekah paling barat di Indonesia, yang terkenal dengan tari tradisional Saman dan hidangan kuliner mie khasnya, Aceh.

Menurut kurator Suwarno Wisetrotomo, pemilihan tema “Serambi Seni” memiliki makna memantik kehidupan seni rupa di Aceh agar lebih menyala.

“Sebutan ‘serambi seni’ dihasratkan sebagai sebuah harapan untuk Aceh yang lebih semarak, produktif, dalam hal penciptaan dan pengkajian seni,” ungkap Suwarno, dalam rilis yang diterima MNEWS.co.id, Senin (24/9/18).

Menurutnya, karya-karya dalam pameran ini dapat dilihat dengan tiga metode: menyusuri masa lalu, merekam masa kini, dan membayangkan masa depan. Hal itu berlaku, baik bagi karya koleksi Galeri Nasional Indonesia maupun karya para Perupa Aceh.

Abzari Jafar, kurator lainnya, mengamati bahwa perupa Aceh kembali membuktikan karya yang ditampilkan tidak terlepas dari kearifan lokal Aceh.

“Sadar atau tidak, perupa Aceh melalui karyanya telah menunjukkan lokalitas ke-Aceh-an tanpa harus menggunakan simbol-simbol kontroversi dalam masyarakat Aceh. Sehingga, “Serambi Seni” menjadi motivasi “back to culture for a future”,” pungkas Abzari.

Abzari menambahkan, simbol-simbol lokalitas yang dipilih perupa Aceh seakan menjadi penanda nasionalisme Aceh secara keseluruhan dari segi simbol perjuangan, heroik, kehormatan, alam, sosio-kultural dengan berbagai aliran seni rupa dan media yang digunakan.

Sebanyak 36 karya akan dipamerkan dalam “Serambi Seni”, 30 karya perupa asal Aceh, dan 6 karya dari perupa yang karyanya telah menjadi koleksi Galeri Nasional Indonesia. Dibuka pada Selasa, 25 September 2018, pameran ini akan dilangsungkan di UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh, Jalan Teuku Umar No. 9 Setui, Banda Aceh hingga 30 September 2018.