Ilustrasi. Foto: Aktual.com
Ilustrasi. Foto: Aktual.com

Jakarta, MNEWS.co.id – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dinilai dapat menggerakkan sektor perekonomian Indonesia secara signifikan.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Komunitas Ikatan UKM Bisnis Indonesia (IKUBI), Jarot Trisunuwarso Ia menambahkan, indikasi tersebut terlihat dari tingginya kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) yang mencapai 60 persen.

Selain itu, UMKM juga berhasil membuka lapangan kerja untuk 96,87 persen angkatan kerja atau menyerap sekitar 116,73 juta orang dari total angkatan kerja yang bekerja.

Menurut Jarot, peran sektor UMKM dalam perekonomian Indonesia tidak dapat dielakkan. Sektor usaha rakyat ini kebal terhadap krisis bahkan telah terbukti tangguh, ketika krisis ekonomi 1998 menghantam Indonesia. Hanya sektor UKM yang bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

“UMKM ini sebenarnya tulang punggung menggerakkan perekonomian bangsa ini. Ini berasalan lantaran sektor usaha rakyat ini terbukti bisa bertahan dari terpaan krisis pada 1998, 2008, dan 2013,” ujar Jarot dilansir dari Berita Moneter di Jakarta, Senin (10/6/2019).

Karenanya, Jarot terus mendorong pemerintah agar memperkuat posisi UKM sebagai pondasi ekonomi NKRI. Sebab, dengan membesarkan UMKM, itu sama saja dengan menggiatkan ekonomi kerakyatan.

Dia yakin jika perputaran ekonomi di kalangan bawah terjadi, tentu omzet pelaku UMKM dapat semakin meningkat, sehingga pendapatan masyarakat terdorong naik yang diikuti kesejahteraan.

“Dampaknya, pemerataan ekonomi tercipta hingga membuat gini rasio di angka 0,41 dapat diturunkan,” tuturnya.

Selain UMKM, Jarot juga melihat sektor ekonomi digital juga bisa menjadi motor penggerak ekonomi nasional.

Saat ini, pemerintah telah berhasil mendigitalisasi sekitar 12.500 UMKM. Dengan akses pemasaran digital, UMKM bisa memasarkan produknya di marketplace.

“Jadi kalau memang ingin meningkatkan kualitas UMKM kita tidak hanya mengembangkan marketplace-nya saja tapi kita juga harus membangun ekosistemnya. Mulai dari produknya, keamanan cyber-nya, dukungan payment serta financing mereka, logistik, hingga perlindungan konsumennya, juga branding,” tuturnya.

Jarot mengatakan pembangunan ekosistem ini menjadi sangat penting. Karena jika UMKM sudah masuk ke pasar digital, produk mereka akan bersaing dengan produk-produk luar negeri.

Saat ini China menjadi penguasa e-commerce di ASEAN, bahkan di Asia. Tidak hanya itu, 80 persen produk yang di jual di situs belanja online adalah produk impor, dimana impor ini didominasi produk dari China.

“Ekosistem usaha sangat perlu diperhatikan, bukan hanya kita mengembangkan e-commerce saja, agar UKM mandiri secara berkesinambungan,” imbuhnya.

Jarot meyakini Indonesia memiliki potensi pengembangan ekonomi digital yang luar biasa. Hal ini ditopang dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa dan memiliki bonus demografi.

“Jadi memang banyak sekali tugas yang harus kita lakukan jika ingin UKM mandiri dinegeri sendiri. Saya kira, kemandirian UKM menjadi pondasi ekonomi NKRI yang kuat,” tutup Jarot.

Sumber: Berita Moneter