Wakil Ketua Komisi XI DPR RI M. Prakosa saat Kunspek Komisi XI DPR RI ke “Batik Sungsang” di Yogyakarta, Jumat (30/11/18). Foto: Mastur/Man.
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI M. Prakosa saat Kunspek Komisi XI DPR RI ke “Batik Sungsang” di Yogyakarta, Jumat (30/11/18). Foto: Mastur/Man.

Yogyakarta, MNEWS.co.id – Wakil Ketua Komisi XI DPR RI M. Prakosa mengapresiasi dan mendorong hasil-hasil kerajinan binaan Bank Usaha Milik Negara (BUMN) perbankan dipasarkan melalui sistem digital marketing (DM) atau pemasaran digital. Dengan sistem itu, meski Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) atau produsennya berada di pelosok, tetap dapat menjangkau masyarakat Indonesia, bahkan hingga ke mancanegara.

Dalam Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspek) Komisi XI DPR RI ke “Batik Sungsang” di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, Jumat lalu, Tim Kunspek Komisi XI DPR RI mengapresiasi sistem pemasaran dan kekhasan Batik Sungsang yang menggunakan pewarna alam tanpa bahan kimia.

Menurut Direktur Retail Bank Mandiri Donsuwan Simatupang, seusai arahan Presiden agar perbankan ikut membantu memasarkan produksi industri kecil, maka BUMN perbankan bisa ikut mengiklankan produk UMKM ke mancanegara. Bank Mandiri juga telah melakukan promosi dengan DM.

“Dengan DM sekaligus perluasan berita pemasaran ke mancanegara, dan terbukti ada pesanan dari Singapura dan Jepang. Saya harapkan perbankan yang mempunyai perwakilan di luar negeri juga ikut andil memasarkan produk-produk dalam negeri,” pungkas Donsuwan.

Direktur Retail Bank Mandiri Donsuwan Simatupang menjelaskan, Batik Sungsang merupakan usaha yang tumbuh dari kecil didukung dengan program kemitraan dengan kredit 20 juta, seiring dengan perkembangannya kemudian didukung dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 75 juta. Keunikan Batik Sungsang betul-betul menggunakan pewarna alam, berupa akar tanaman, kulit pohon, serta daun diolah untuk memberikan warna alam seperti coklat dan biru.

“Itu adalah selling point-nya, salah satu bukti ada pengusaha kecil yang mengembangkan usahanya menggunakan kekayaan di desa, yaitu kreativitas mendesain dan mengolah bahan alam sebagai pewarna, tanpa bahan kimia impor. Dalam pemasaran, menggunakan media sosial, sehingga batik tulis Sungsang ini bisa diakses dari mana saja, tidak harus datang ke lokasi. Dari mana saja Batik Sungsang ini bisa diakses dan bisa melakukan transaksi,” jelasnya.

Sedangkan soal harga batik termurah sekitar Rp 300 ribu dan rata-rata mencapai di atas Rp 1 juta. Donsuwan mengatakan, kalau melihat keunikan dan kualitas gambar harga itu perlu diapresiasi lebih. Menurutnya, Batik Sungsang ini merupakan karya seni, bukan sekedar pakaian biasa. Poin itu yang harus dikemas plus cerita batik Sungsang ini menggunakan pewarna alam. Bahkan, orang tidak hanya membeli batiknya, tapi membeli cerita dan kreativitasnya.

“Mestinya harga diangkat lagi. Dengan digital marketing akan masuk ke mana saja, dan logistik bisa dikirim ke mana saja dengan alat pembayaran lewat mana saja. Apalagi Pak Ahmad (pemilik Batik Sungsang) ini sudah menggunakan payment sistem Bank Mandiri, sehingga bisa ditransfer lewat mana saja. Ke depan Mandiri akan masuk sektor usaha kreatif lainnya,” tutup Donsuwan.

Sumber: DPR