
Malang, MNEWS.co.id – Program Learning Express (LeX) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersama belasan mahasiswa Politeknik Singapura memamerkan prototipe peralatan inovatif hasil temuannya untuk membantu kerja para pengusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di wilayah Kota Malang dan Batu.
Dibutuhkan waktu selama dua pekan untuk menciptakan peralatan inovatif demi membantu cara kerja pelaku UMKM tersebut.
“Kami melakukan tabulasi permasalahan yang dihadapi UMKM termasuk solusinya hampir dua pekan. Selama dua pekan itu pula kami terjun langsung dan membaur dengan UMKM,” kata Fitria A. Linna, mahasiswi Prodi Hubungan Internasional UMM yang menjadi salah satu pendamping para para mahasiswa Politeknik Singapura tersebut, Rabu (20/3/2019) seperti dilansir dari Kantor Berita Antara.
Pameran prototipe inovatif untuk membantu UMKM itu sekaligus sebagai penutupan program LeX kerja sama UMM dengan Politeknik Singapura selama dua pekan, di mana puluhan mahasiswa dari kedua kampus itu terjun langsung ke masyarakat (UMKM) di Kota Malang dan Batu.
Untuk dapat membuat prototipe yang efisien, mereka harus melakukan survei primer ke lokasi dan ikut serta berbaur dengan masyarakat. Bahkan, mereka menghabiskan waktu 3 hari 2 malam guna memperdalam riset yang mereka lakukan.
Beberapa prototipe yang dipamerkan pada penutupan program LeX itu di antaranya adalah mesin pencuci telur asin, alat pemetik biji kopi serta prototipe inovatif lainnya.
Prototipe mesin pencuci telur dinilai efisien dari segi waktu. “Dengan menggunakan alat ini, estimasi waktu yang bisa dihemat mencapai 3 kali lipat. Biasanya proses pencucian satu telur asin memakan waktu 1 menit lebih. Namun, dengan menggunakan alat ini dapat mencuci 16 telur asin dalam waktu sekitar 5 menit saja,” ujar Fitria.
Sementara itu, Ai Wei, mahasiswa Politeknik Singapura yang membuat alat untuk mempermudah petani memanen biji kopi itu mengatakan jika dengan menggunakan alat buatannya ini diharapkan menjadi solusi dari keluhan yang dialami oleh para petani kopi.
“Dengan alat ini, setidaknya dapat meringankan beban para petani kopi. Selain itu, dengan alat ini pula dapat membantu menyingkat waktu untuk memanen biji kopi,” ujarnya.
Wakil Rektor I UMM, Prof. Dr. Syamsul Arifin, mengatakan kerja sama ini sangat penting untuk ikatan kedua negara serumpun ini. “Dengan pemahaman yang lebih dalam, kita dapat membangun menuju visi ASEAN. Saya yakin, program yang sudah berjalan selama hampir dua minggu ini akan menjadi pengalaman belajar yang luar biasa, baik untuk mahasiswa UMM maupun SP,” kata Syamsul.
Sementara Master Fasilitator Politeknik Singapura, Vadav Virendra Singh, mengatakan jika meskipun di awal program ini siswanya banyak yang mengalami gegar budaya, hal tersebut dapat teratasi dengan cepat karena bantuan dan keramahan mahasiswa UMM dan warga setempat, sehingga mereka menjadi jauh lebih nyaman saat mengikuti program ini.
“Saya sempat khawatir kalau mahasiswa SP tidak dapat bersosialisasi dengan baik, namun ketakutan itu tidak pernah terjadi. Itu benar-benar merefleksikan kerja sama ASEAN. Saya memegang keyakinan dan harapan besar pada generasi masa depan, kerja sama UMM dan Politeknik Singapura yang telah terjalin lama ini membuat wilayah ASEAN menjadi lebih baik dari hari ini,” katanya.
Program inovasi sosial ini sekilas serupa dengan program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Bedanya, para peserta tidak sekadar melakukan pengabdian pada umumnya.
“Kita mempunyai modul sebagai acuan yang dinamakan Desain Thinking dan diadaptasi dari booklet Stanford dan MiT,” tutur Ambika Putri Perdani selaku Program Officer International Relation Office (IFO) UMM.
Ada lima langkah yang menjadi acuan yang dimasukkan ke dalam modul, yakni sense and sensibility, empathy study, define, ideation, prototyping dan co creation. “Mereka menggunakan modul ini untuk mengidentifikasi user apakah ada masalah, baik di bidang marketing, alat, atau bidang processing. Semuanya dipamerkan di kegiatan penutupan ini,” ujar Ambika.