Jakarta, MNEWS.co.id – Dalam menjalankan suatu usaha, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan laba optimal. Di antaranya ada dua cara yang bisa dilakukan oleh pelaku usaha, yang pertama memperbesar pendapatan, dan yang kedua mengendalikan biaya produksi dengan efisien serta memaksimalkan aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Namun, kondisi persaingan yang semakin ketat menyebabkan cara pertama untuk memperbesar pendapatan menjadi kian sulit. Pasalnya, tidak mudah memperbesar pendapatan melalui kenaikan harga jual dan volume.
Daniel Saputro, Senior Corporate Consultant & Strategy Bussiness, membeberkan kiat-kiat untuk mengendalikan biaya produksi, atau yang dikenal dengan Cost Reduction Strategy.
Konsultan yang memiliki pengalaman 21 tahun di bidang leadership dan manajemen bisnis ini memberikan wejangan bagi para pelaku usaha untuk tidak mudah menyerah, dan tetap mencari solusi yang inovatif.
“Namun apakah pelaku usaha harus menyerah? Anything that cannot kill you, will make you stronger. Artinya jika Anda belum bangkrut, masalah ini seharusnya menjadi peluang untuk beroperasi lebih efisien dan efektif. Memang disinilah letak keindahan berusaha, yakni harus selalu kreatif dan mencari solusi yang inovatif,” jelas Daniel.
Ia menjelaskan, langkah pertama adalah menggunakan Business Model Canvas. Petakan Source of Costs dari usaha yang tengah dilakukan. Sumber biaya biasanya datang dari 3 titik, yaitu Key Activities, Key Resources dan Channel. Namun tidak tertutup kemungkinan datang dari biaya memelihara Key Partners dan biaya memelihara pelanggan di Customer Relationship.
“Contohnya, banyak organisasi menggangap Customer is King. Konsep ini seharusnya diubah menjadi: Only Profitable Customer is King. Karenanya perlu dibedah, mana konsumen yang profitable, mana yang dikasih hati malah minta jantung,” tandasnya.
Selain itu, pada Key Activities juga dapat dilakukan beberapa inovasi. Di beberapa perusahaan, biaya produksi ditekan dengan menerapkan business process yang efisien. Contohnya pada maskapai Air Asia, yang memperhatikan pembersihan toilet dilakukan oleh awak kabin saat berada di udara (30 menit sebelum mendarat). Cara ini terbukti mampu menghemat biaya parkir pesawat di landasan. Selain itu penumpang dipersilahkan naik ke pesawat, bersamaan dengan pengisian bahan bakar dan pemuatan koper ke bagasi, sehingga bisa menghemat waktu.
Langkah kedua, bedah struktur biaya. Total biaya merupakan penjumlahan dari biaya produksi, ditambah biaya penjualan serta biaya lainnya. Pada umumnya pada industri manufaktur, biaya produksi mencakup 70 % dari total biaya, terdiri dari biaya tenaga kerja (35%) , biaya bahan mentah (14 %), serta biaya overhead-riset-lainnya (21%).
Sisanya (30%) mencakup biaya penjualan, diperkirakan porsinya mencakup biaya pegawai (12%), promosi (6%), pajak (6%) dan biaya modal (6%). Nah, bagian mana yang ingin diperbaiki efisiensinya? Untuk usaha yang bergerak di bidang manufacturing, maka defect dan waste menjadi musuh terbesar yang harus ditaklukkan. Sedangkan untuk usaha yang bergerak di industri jasa, maka biaya promosi dapat ditekan dengan menggunakan media sosial.
Langkah terakhir, maksimalkan utilisasi aset, termasuk produktivitas SDM. Faktur manusia dapat berkontribusi 47% terhadap total biaya. Karenanya beri tantangan agar satu pegawai mampu mengerjakan 3 tugas sekaligus. Beri mereka tools (pelatihan) agar mampu mengerjakan tugas dengan baik. Juga maksimalkan utilisasi operasional mesin, kendaraan dan gedung/tempat usaha.
Dengan menekan biaya produksi, pendapatan bisa semakin meningkat secara signifikan. Evaluasi juga perlu rutin dilakukan untuk melihat seberapa besar keberhasilan dari metode yang sedang digunakan.