Ilustrasi serat kelapa. Foto: Unsplash.
Ilustrasi serat kelapa. Foto: Unsplash.

Jakarta, MNEWS.co.id – Indonesia memiliki lahan perkebunan kelapa terluas di dunia. Pada 2015 luas areal 3,86 juta ha dengan produksi 2,92 juta ton. Namun, pemanfaatan sumber daya alam ini nyatanya masih minim. Pada 2016 luas areal 3,57 juta ha dengan produksi 2,89 juta ton. Itu berarti luas lahan dan produksi terus menurun.

“Harga jual serat kelapa harus menarik dan produksinya juga ditingkatkan melalui: intensifikasi, peremajaan, ekstensifikasi, serta melakukan pengolahan yang memberikan nilai tambah lebih supaya masyarakat tertarik memproduksi serat kelapa,” kata Deputi Restrukturisasi Usaha Kemenkop dan UKM Abdul Kadir Damanik, dalam acara FGD dengan tema “Pemanfaatan potensi serat kelapa untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kelembagaan koperasi dan sekaligus peningkatan perekonomian nasional, di Jakarta, Senin (19/11/2018).

Untuk itu, Kemenkop dan UKM bekerja sama dengan PT Rekadaya Multi Adiprima (RMA) dalam memberdayakan koperasi di daerah penghasil kelapa, mengembangkan produksi serat kelapa. Saat ini PT RMA sudah menyiapkan 5 unit mesin pengolah serat kelapa menjadi coco fiber dan coco peat.

 Deputi Restrukturisasi Usaha Kemenkop dan UKM Abdul Kadir Damanik, dalam acara FGD 
“Pemanfaatan potensi serat kelapa untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kelembagaan
koperasi dan sekaligus peningkatan perekonomian nasional, di Jakarta, Senin (19/11/2018).
Foto: (doc/KemenkopUKM)

Sebagai industri hilir, PT RMA, imbuh Damanik, telah merintis kerjasama dengan pihak KUD Bangkit Abadi dan KUD Setia Murni dalam hal pengolahan hilir proses sabut kelapa. Di daerah-daerah itu, kelapa yang awalnya harganya cuma Rp1.000/butir kini menjadi Rp1.700/butir.

Sementara Farry Aditya Presdir PT Rekadaya Multi Adiprima Selaku Narasumber, mengatakan pihaknya akan pengembangan serat kelapa ini yang bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk Kemenkop dan UKM. “Awalnya kami hanya ada di Cibubur, Karawang dan Cikarang, namun setelah kami bekerjasama dengan para pihak, kini kami bisa mengembangkan ke daerah lain seperti Majalengka, Ciamis, Pangandaran, Sulawesi dan lain-lain,” kata Farry Aditya.

Sebagai pilot project di dalam pengembangan serat kelapa di Kab Ciamis dan Pangandaran, rencananya pada 2019 green product cocoboard akan diluncurkan.