Boyolali, MNEWS.co.id – PT Reansuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re, mendorong perkembangan kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berada di pedesaan yaitu dengan memberikan pendampingan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
PT Reansuransi Indonesia Utama (Persero) merupakan perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang reasuransi yang berhubungan dengan jiwa, kerugian, dan syariah.
Freddy Aries Setiawan, Group Head PKBL dan CSR Indonesia Re mengatakan, bahwa saat ini mitra binaan Indonesia Re sudah mencapai 1.500 UMKM di seluruh Indonesia, dan salah satunya adalah Kampung Lele di Desa Mangkubumen, Kelurahan Tegalrejo, Kabupaten Boyolali. Dirinya menambahkan, program kemitraan yang dilakukan kepada para pelaku UMKM maksimal dua kali dengan beban jasa administrasi sebesar 3% per tahun.
“Kami melihat peternakan di Kampung Lele ini sudah berjalan bagus, tetapi dari sisi olahan masih perlu dikembangkan. Menjadi tugas BUMN Penyalur dana Program Kemitraan untuk memikirkan agar nilai ekonomi yang bisa dinikmati masyarakat makin meningkat,” ungkapnya.
Freddy juga menjelaskan, bahwa pada tahun 2020 Indonesia Re akan bekerja sama, dengan salah satu perusahaan BUMN lagi untuk ikut memberikan dana Program Kemitraan (PK) untuk para peternak lele.
“Kami punya visi bagaimana perkembangan ke depannya. Oleh karena itu dibutuhkan sinergi dengan BUMN. Harapan ke depan produk yang dihasilkan oleh Kampung Lele di Boyolali bukan hanya dikenal di pasar lokal, tetapi juga pasar yang lebih luas,” kata Freddy.
Sementara mengenai dengan pembangunan gapura tersebut merupakan salah satu bentuk bantuan yang diberikan oleh Indonesia Re kepada Kampung Lele. Anggaran yang diberikan dalam pembuatan gapuran yang mulai dibangun sejak bulan Mei 2019 ini sekitar Rp80 juta.
Sarmanto, Kepala Desa Tegalrejo, mengatakan pihaknya menyambut dengan baik bantuan yang diberikan oleh Indonesa Re kepada Kampung Lele. Karena selama ini, pemerintah desa selalu mengalami kesulitan dalam membangun gapura yang dijadikan penanda masuk ke Kampung Lele.
“Dari beberapa rencana yang sudah kami susun, sampai saat ini sellau gagal. Termasuk kami sebetulnya sudah menganggarkan sebesar Rp.54 juta tetapi disodorkan ke Disperdas ditolak karena uang tersebut tidak boleh digunakan untuk membangun gapura,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Sarmanto menilai langkah Indonesia Re membangun gapura sangat membantu peternak lele dalam mengembangkan usahanya. Sehingga nantinya, akan semakin banyak orang yang tidak akan kebingungan ketika berkunjung ke Kampung Lele.