( Foto : google.com )
( Foto : google.com )

Jakarta, MNEWS.co.id – Kamar Dagang dan Industri Indonesia memiliki rencana untuk menghubungkan antara pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia dengan penyedia jasa logistik dan rantai pasok dunia menggunakan aplikasi super yang memanfaatkan teknologi blockchain.

Rico Rustombi selaku Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Logistik dan Rantai Pasok mengatakan bahwa saat ini belum ada perusahaan logistik dan rantai pasok di Indonesia yang memanfaatkan teknologi blockchain. Maka dari itu pihaknya bekerja sama dengan  Blockchain Asia Forum, berinsiatif untuk mendirikan Blockchain Center of Excellence and Education (BCEE) yaitu sebagai wadah untu mengedukasi serta sosialisasi teknologi blockchain kepada dunia usaha khususnya UMKM.

Tahap selanjutnya pihaknya akan menghubungkan pelaku UMKM dengan menggunakan aplikasi super skala global yang memang tengah dikembangkan oleh World Logistic Council. Multi-Dimensional Digital Economy Application System (MDDEAS) adalah aplikasi super yang dimaksud dan dibentuk dengan program Asia Benchmark Trade Lane (BTL) yang akan menghubungkan para seluruh produsen, penyedia jasa logistik, rantai pasok, dan finansial yang berada di kawasan Asia dalam satu platform.

Karena cepat atau lambat Indonesia memang harus mengadopsi blockchain, namun sebelumnya masyarakat Indonesia harus melek dahulu dengan teknologinya karena saat ini para pelaku usaha di Indonesia masih berupaya memahami teknologi tersebut dan belum memasuki tahap penerapannya. Teknologi blockchain juga dapat digunakan untuk sistem logistik dan rantai pasok, tetapi dapat digunakan diberbagai sektor lainnya seperti ritel, finansial, dan lainnya.

Kolaborasi antara kedua perusahaan dalam membentuk Tradelens yaitu sebuah platform logistik digital yang memanfaatkan teknologi blockchain yang berguna untuk menghubungkan antara penyedia jasa logistik yang berasal dari 94 perusahaan yang terdiri dari berbagai operator pelabuhan dan terminal hingga regulator bea cukai di Belanda,  Saudi Arabia, Singapura, Australia dan  Peru ini memang diklaim dapat menekan ongkos logistik hingga 16%.

Namun penerapan dari teknologi blockchain yang ada pada logistik serta rantai pasok Indonesia menghadapi tantangan dari perusahaan teknologi dan sistem informasi yang beraneka ragam dan juga masih belum ada stardardisasinya. Tantangan penerapan teknologi blockchain yang berkutat pada kemampuan usaha dalam menguasai teknologi.

Dikarenakan penguasaan teknologi serta sistem infromasi perusahaan di Indonesia itu masih beragam dan juga belum memiliki standardisasi padahal blockchain memiliki potensi yang dapat diterapkan diberbagai faktor. Dan termasuk untuk meningkatkan efisiensi operasional logistik yang dapat melibatkan banyak pihak terkait dengan keadaan kondisi yang dinamis.  Selain itu Blockchain merupakan suatu bentuk teknologi yang mempunyai perubahan yang sangat cepat sehingga regulasi yang telah ada dan berlaku saat ini tidak dapat mengakomodasinya.