Karya Stevan Buana - Guratan Nasib Bangsaku Kini. Foto: (doc/GNI)
Karya Stevan Buana - Guratan Nasib Bangsaku Kini. Foto: (doc/GNI)

Palangka Raya, MNEWS.co.id – Kalimantan Tengah sebagai salah satu kawasan paru-paru dunia, menjadi tempat yang tepat bagi ArsTropika menghadirkan berbagai seni dengan wacana naturalisme kepada masyarakat. Pameran yang digelar di Taman Budaya Kalimantan Tengah mulai 13 September hingga 16 September ini akan mengajak pengunjung menelusuri sisi eksotis naturalis dari karya para seniman asal Kalimantan, dan juga sebagian provinsi se-Indonesia lainnya.

‘ArsTropika’ dengan sengaja dihadirkan tepat di kawasan paru-paru dunia, Kalimantan Tengah yang dikaruniai sumber daya alam yang indah, beragam, juga faunanya.  Kehadiran pameran lanskap hijau ini bermakna simbolik-estetis.

Menurut karena Sudjud Dartanto, kurator pameran, pihaknya ingin memperlihatkan wacana naturalisme yang ditandai dengan kekuatan, keindahan, jiwa alam dan isinya. Selain itu, menghadirkan lagi seni yang lahir dari daerah tropis dan wacana seni tropis yang belakangan ini kurang mendapat perhatian dalam dunia seni rupa.

Sudjud menuturkan, tujuan ArsTropika juga sebagai momentum simbolik karena diselenggarakan tepat di paru-paru Indonesia, dengan situasi geo-kulturalnya, pameran ini bisa menjadi kontekstual dalam memamerkan wacana seni tropis.

“‘Ars’ diambil dari bahasa latin yang berarti kemahiran, ketangkasan mengerjakan sesuatu, dalam perkembangannya istilah ‘Ars’ kemudian berkembang menjadi l’arte(Perancis), elarte(Spanyol), dan Art(Inggris), dalam konteks pameran ini, ‘Ars’ disamakan dengan arti ‘Seni’,” jelas Sudjud dalam siaran pers yang diterima MNEWS, Selasa (12/9/18).

Sedangkan ‘Tropika’ adalah daerah di permukaan Bumi, yang secara geografis berada di sekitar ekuator, yaitu yang dibatasi oleh dua garis lintang 23.5 derajat LS dan 23.5 derajat LU: Garis Balik Utara (GBU, Tropic of Cancer) di utara dan Garis Balik Selatan (GBS, Tropic of Capricorn) di selatan. Kedua kata itu sengaja dipasangkan secara bersamaan menjadi ‘ArsTropika’.

Karya Donny Paul – Reingkarnasi. Foto: (doc/GNI)

Sugianto Sabran, Gubernur Kalimantan Tengah, mengungkapkan filosofi Huma Betang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari budaya Indonesia, yang bisa terlihat dalam pameran ArsTropika.

“Kota Palangka Raya Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah yang dikenal juga dengan Bumi Tambun Bungai, Bumi Pancasila dengan falsafah Huma Betang Belum Bahadat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujar Sugianto.

Filosofi Huma Betang merupakan simbol kebersamaan, papar Sugianto, kerukunan dalam keberagaman dalam kehidupan masyarakat Kalimantan Tengah.

“Filosofi Huma Betang merupakan salah satu gambaran betapa kayanya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki keragaman budaya Nusantara walaupun berbeda-beda, namun tetap dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tutupnya.