Wahyudin, Kurator Pameran
Wahyudin, Kurator Pameran "Napak Tilas Peradaban" saat Press Tour di Galeri Nasional Indonesia, Selasa, (25/6/2019). Foto: MNEWS.

Jakarta, MNEWS.co.id – Bernostalgia lewat jalur-jalur perdagangan internasional. Itulah tema besar yang diusung seorang perupa dari Yogyakarta, Priyaris Munandar. Bertajuk “Napak Tilas Peradaban”, keseluruhan rangkaian lukisan Priyaris seakan membentuk harmoni dalam perayaan 400 tahun Batavia (Jakarta) sejak 1619 hingga kini.

Misi dari pameran tunggal Priyaris adalah “konektivitas” menginspirasi karya seni rupa dan, sebaliknya, karya seni rupa mendorong terjadinya “konektivitas” yang secara tidak langsung dapat memperkuat perdagangan internasional. Indonesia adalah negara yang sangat beruntung karena mendapat pengaruh dari empat rute besar perdagangan-kebudayaan yaitu kebudayaan Barat, kebudayaan Tiongkok, kebudayaan Hindu (India), dan kebudayaan Islam. Semua kebudayaan itu saling memperkaya kebudayaan Indonesia. Spirit itulah yang coba digambarkan oleh Priyaris melalui pameran tunggalnya ini.

Pengunjung mengamati lukisan karya Priyaris Munandar di Gedung A Galeri Nasional Indonesia,
Selasa, (25/6/2019). Foto: MNEWS.

“Dalam berkarya saya melakukan petualangan imajinasi yang tidak semuanya ada di buku, untuk merasakan bentuk-bentuk dan susunan-susunan. Saya mencoba menghadirkan visualisasi dan melakukan beberapa riset, yang paling penting dalam proses kreativitas ini saya mengalami proses penciptaan 3M,” ujar Priyaris di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Selasa, (25/6/2019).

Proses penciptaan 3M ini, lanjutnya, terinspirasi dari dewa trimurti hindu yakni Brahma, Siwa, dan Wisnu. Priyaris hendak menghidupkan kembali tradisi pertukaran seni dengan menginterpretasikan saat-saat masa itu ke dalam karya-karya seninya, dengan gaya dan tekniknya yang khas dan tersendiri yaitu 3M (Membentuk-Merusak-Menghias).

Rute perdagangan sudah terbentuk sejak zaman kuno untuk membawa barang dari tempat produksi ke tempat barang tersebut diperdagangkan, terutama beberapa jenis komoditas langka yang hanya terdapat di lokasi tertentu. Rute perdagangan bukan soal perdagangan barang semata, namun yang lebih menarik, dan menjadi fokus Priyaris, adalah bagaimana rute perdagangan menjadi fasilitator pertukaran budaya, termasuk penyebaran agama, dan ilmu pengetahuan.

Priyaris Munandar dan karyanya. Foto: MNEWS.

Dengan berkembangnya besi dan teknologi perunggu serta makin berkembangnya transportasi maka berbagai macam rute perdagangan baru terbentuk dan peradaban baru pun terbentuk. Jalur-jalur perdagangan kuno merupakan cikal-bakal globalisasi, yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide, kebudayaan, dan teknologi. Menghormati budaya yang berbeda dan mencoba mengurangi perselisihan antarbudaya menjadi salah satu misi pameran ini.

Sebagai seorang perupa, Priyaris banyak terinspirasi oleh gambar atau artefak asli yang dibawa oleh misionaris dan pengembara, termasuk menonton film-film sejarah dokumenter dan membaca buku-buku untuk menjadi sumber inspirasinya yang kemudian dicoba dituangkan dalam bentuk karya visual dua dimensi.

Rute perdagangan dengan komoditas khusus seperti rempah-rempah, teh, kahrab (amber), timah, dan dupa berhasil digambarkan secara menarik oleh Priyaris. Semangat berkarya seni untuk menggambarkan perjalanan rute perdagangan inilah yang coba digagas dan diabadikan oleh Priyaris melalui 35 lukisan dalam pameran tunggalnya kali ini.

Salah satu karya Priyaris Munandar, Qiao Family Compound (2017). Foto: MNEWS.

“Lukisan-lukisan Priyaris dalam pameran ini terbilang unik atau tiada bandingnya dalam khazanah seni lukis di Indonesia. Sependek pengetahuan saya, inilah kali pertama seorang perupa Indonesia menggarap secara intens pokok perupaan perniagaan di puluhan lembar kanvas,” ujar Wahyudin, kurator pameran.

Ia berpendapat bahwa Priyaris sanggup membangun sebuah dunia visual yang bukan hanya menjadi perbandingan untuk dunia referensial, tetapi bisa menjadi dunia baru, yang mengundang pemirsanya untuk mengapresiasi dan menjelajahinya.

“Ada 36 karya seni lukis yang dibuat Priyaris sepanjang 3 tahun terakhir. Ini akan jadi referensi. Ada 7 jalur penting yang digarap Priyaris. Lukisan-lukisan itu bisa menjadi referensi, tidak hanya jalur rempah tapi juga jalur-jalur lain. Apa yang digambarkan oleh Priyaris bukan sesuatu yang bisa dirujuk di masa kini, melainkan proyeksi artistik dari masa lalu,” tutupnya.

Ruangan khusus untuk bermain board game seputar tema pameran bagi pengunjung. Foto: MNEWS.

Pameran ini bisa dinikmati di Gedung A Galeri Nasional Indonesia Jakarta, mulai 25 Juni 2019 hingga 15 Juli 2019 mendatang. Tidak hanya merasakan pengalaman berkesenian dengan menyimak puluhan lukisan Priyaris, pengunjung juga diajak untuk mengasah kemampuan inderawinya seperti indera penciuman ketika mengunjungi ruangan jalur rempah, melihat berbagai buku bersejarah, hingga memainkan board game di ruangan khusus terkait dengan jalur perdagangan tersebut.